Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah AI

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Artis Jaranan: Dari Kesurupan Menuju Sorotan Panggung

22 Januari 2025   21:01 Diperbarui: 22 Januari 2025   21:01 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar kata "kesurupan"? Kebanyakan mungkin langsung membayangkan hal-hal mistis, suasana mencekam, atau bahkan tayangan horor yang biasa kita tonton di televisi. Tapi, siapa sangka, kesurupan ternyata bisa jadi pintu gerbang menuju ketenaran. Ini bukan cerita tentang jin atau setan, tapi tentang artis jaranan, sebuah fenomena baru yang perlahan mencuri perhatian di tengah ketatnya persaingan dunia kerja. Jaranan atau kuda lumping adalah seni tradisional yang sering dianggap "kampungan" oleh sebagian orang. Padahal, di balik atraksi menakjubkan itu, tersimpan peluang yang tidak main-main. Contohnya, Denny alias Yono Mullet, pria asal Lampung yang kini dikenal luas sebagai salah satu "artis jaranan" paling sukses.

Yono Mullet: Dari Kesurupan Jadi Viral

Cerita Yono Mullet bermula dari video kesurupan yang diunggah di media sosial. Dalam video tersebut, Yono yang sedang tampil di sebuah pentas seni jaranan menunjukkan gerakan khas yang memukau sekaligus menghibur. Ditambah lagi, gaya rambut mullet-nya yang ikonik langsung menarik perhatian. Siapa sangka, dari situ, nama Yono melambung bak roket. Hingga kini, Yono memiliki hampir 13 ribu pengikut di Instagram. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk seorang pelaku seni tradisional. Tidak berhenti di situ, Yono juga mendapat tawaran untuk menjadi pemeran utama dalam video klip lagu "Nganggur" yang dipopulerkan oleh Massdho. Lagu ini hits di pasaran, dan nama Yono semakin dikenal. Bahkan, baru-baru ini, Yono kembali ke Jogja untuk terlibat dalam video klip "Nganggur 2", kelanjutan dari lagu pertama yang sukses besar. Kali ini, ia tidak sendiri. Dua artis jaranan lainnya, Sam Lukman dan Sam Dora, yang juga berasal dari Lampung, turut bergabung. Mereka bertiga seperti trio maut yang membawa seni jaranan ke level yang lebih tinggi.

Teguh Cilik: Artis Jaranan dari Kebumen

Tidak hanya di Lampung, tren artis jaranan juga mulai merebak di daerah lain, termasuk Kebumen. Sebagai warga asli Kebumen, saya tentu bangga ketika nama Teguh Cilik mencuat di media sosial. Dengan tubuh mungilnya yang mengingatkan kita pada Daus Mini, Teguh Cilik tampil menawan, lincah, gesit, dan trengginas dalam pentas jaranan. Video-video kesurupannya sering kali viral, membuat banyak orang terhibur sekaligus kagum. Namun, perjalanan Teguh Cilik masih panjang. Berbeda dengan Yono Mullet yang sudah memiliki jalan terang di dunia hiburan, Teguh Cilik belum mendapatkan peluang besar seperti tampil di video klip atau menjadi bintang tamu di acara televisi. Meski begitu, saya optimis bahwa Teguh punya potensi besar. Apalagi, ia turut melestarikan budaya tradisional yang kini mulai tergerus oleh modernisasi.

Fenomena Baru atau Sekadar Tren Sesaat?

Fenomena artis jaranan ini mengingatkan saya pada "Sadbor" yang sempat booming beberapa waktu lalu. Bedanya, artis jaranan membawa dampak yang lebih positif. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga membantu melestarikan seni budaya yang menjadi warisan nenek moyang kita. Di tengah gempuran budaya populer ala Korea atau Barat, kehadiran artis jaranan seperti Yono Mullet dan Teguh Cilik menjadi angin segar. Namun, pertanyaannya adalah: apakah ini bisa menjadi profesi yang menjanjikan? Jawabannya tentu tidak pasti. Dunia hiburan selalu penuh dengan ketidakpastian. Tapi, selama ada peluang dan usaha, mengapa tidak? Artis jaranan bisa membuka mata kita bahwa seni tradisional tidak melulu soal ritual atau hiburan kampung. Ia juga bisa menjadi pintu rezeki, asalkan diolah dengan baik.

Menjaga Budaya, Mencari Peluang

Sebagai penutup, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat sisi lain dari fenomena ini. Artis jaranan bukan hanya tentang viralitas atau ketenaran. Mereka juga adalah pejuang budaya yang dengan caranya sendiri mencoba menjaga agar seni tradisional tetap hidup. Kita, sebagai generasi muda, tentu harus mendukung upaya ini (setidaknya tidak menghujat atau komen kampungan). Siapa tahu, di masa depan, kita tidak hanya melihat artis jaranan di pentas kecil desa atau video klip lokal, tetapi juga di panggung internasional. Karena seperti kata pepatah, "tidak ada usaha yang sia-sia", bahkan dari kesurupan sekalipun!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun