Mohon tunggu...
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq
Akhmad Alhamdika Nafisarozaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030042 UIN Sunan Kalijaga

“Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Sejarah dan Perkembangan Islam di Desa Gumawang dan Kecamatan Kuwarasan, Kebumen

26 Juni 2024   20:13 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:25 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah dan Islam di Kecamatan Kuwarasan

Kuwarasan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Di Kecamatan Kuwarasan terdapat 22 desa jumlahnya, yang terdiri dari desa Banjareja, Bendungan, Gandusari, Gumawang, Gunungmujil, Harjodowo, Jatimulya, Kalipurwo, Kamulyan, Kuwarasan, Kuwaru, Lemahduwur, Madureso, Mangli, Ori, Pondokgebangsari, Purwodadi, Sawangan, Serut, Sidomukti, Tambaksari, Wonoyoso. Kecamatan Kuwarasan pada sisi utara berbatasan dengan Kecamatan Kuwarasan, sisi timur berbatasan dengan Kecamatan Adimulya, sisi selatan berbatasan dengan Kecamatan Puring, sisi barat berbatasan dengan Kecamatan Buayan. Sejarah yang ada tentang Kecamatan Kuwarasan tidak jauh atau tidak terlepas dengan sejarah Desa Kuwarasan. Pada masa lalu Desa Kuwarasan berupa hutan dan rawa-rawa yang masih sangat angker atau belum terjamah oleh banyak orang-orang. Suatu ketika datanglah seorang yang memiliki ilmu atau kesaktian dan bijaksana yang benama Mbah Kuwu, yang asal usulnya belum jelas sampai sekarang, beliau konon katanya merupakan orang yang pertama datang dan membuka daerah di wilayah tersebut. 

Kemudian beliau berniat akan membuka daerah desa tersebut namun beliau tidak sanggup membuka wilayah daerah desa kampung tersebut secara sendiri karena angkernya wilayah tersebut dan masih belum terjamah orang-orang. Konon katanya setiap jika ada orang yang datang ke wilayah daerah tersebut jika kalau benar-benar memiliki ilmu kesaktian, orang tersebut akan diganggu oleh setan/jin/binatang buas dan berbagai macam penyakit, sehingga orang tersebut lama kelamaan meninggal atau pindah ke daerah lain sehingga daerah ini sepi, jarang terjamah sehingga tidak ada penghuninya. 

Oleh karena itu maka Mbah Kuwu meminta 3 orang yang beliau kenal untuk membantunya, ketiga orang tersebut adalah Mbah Ngabehi Ngabdulah Fakih yang menurut ceritanya beliau tersebut merupakan keturunan dari Keraton Yogyakarta yang tinggal di Kadipaten Ambal yang lalu pindah karena berselisih paham dengan Bupati Ambal kala itu. Selanjutnya adalah Mbah Sidakarsa yang sampai saat ini belum juga diketahui asalnya, begitu juga yang selanjutnya Mbah Zakaria yang juga sama belum diketahui asal usulnya, ketiga orang tersebut yang di minta oleh Mbah Kuwu untuk membantunya menetralisir wilayah tersebut dari berbagai macam gangguan baik mistis maupun non mistis. Setelah mereka berempat berkumpul selanjutnya mereka mengadakan ritual keselamatan dengan menyembelih Kebo Bule Dungkul. 

Setelah mereka mengadakan ritual permohonan keselamatan tersebut, wilayah tersebut menjadi tenang dan orang-orang mulai berdatangan ke wilayah tersebut, dari yang dulu pernah datang ke wilayah daerah tersebut maupun para pendatang baru. Keempat orang tersebut tinggal di wilayah tersebut untuk menjaga wilayah daerah tersebut hingga akhir hayatnya. Setelah wilayah daerah tersebut mulai ramai, orang-orang di wilayah daerah tersebut menamainya menjadi nama Kewarasan ( Kesalamatan ). Karena ucapan yang sering berbeda dengan tulisan atau sebaliknya dari orang satu dengan orang yang lainnya, maka wilayah daerah tersebut berubah menjadi Kuwarasan sampai saat ini.

Seiring berjalannya waktu dimana Islam juga berkembang, bersamaan dengan perkembangan kehidupan masyarakat, Islam masuk kedalam kehidupan di masyakat. Masuk dan berkembangnya Islam tentunya tidak lepas dari peranan tokoh-tokoh yang membawa dan mengajarkannya. Tidak diketahui secara jelas kapan waktu Islam masuk dan berkembang di wilayah daerah Kuwarasan, namun tentunya tidak jauh beda waktunya dengan dimana Islam masuk dan berkembang di Indonesia, yang dimana mulai dari wilayah pusat hingga ke daerah-daerah di Indonesia. Islam berkembang melalui para tokoh-tokoh Islam yang ada, mereka mengajarkan dan mengembangkan ajaran Islam melalui pendekatan yang baik sehingga dapat diterima dengan baik juga oleh masyarakat, namun tentunya tidak mudah begitu saja, pasti ada hal-hal yang menghambat, namun para tokoh tersebut tidak menyerah dengan halangan yang menghambat mereka dalam mengajarkan dan mengembangkan ajaran Islam. Di Jawa sendiri terdapat tokoh-tokoh yang berperan dalam mengembangkan Islam dan mengajarkan ajaran Islam, yang tentunya sudah banyak orang tau tentunya adalah Walisongo. Peranannya cukup berpengaruh dalam mengembangkan dan mengajarkan ajaran Islam, terlebih dimana ajaran Islam itu dikembangkan dan diajarkan di tingkatan daerah, peran Walisongo cukup berpengaruh yang membuat ajaran Islam dapat berkembang dan meluas hingga tingkatan daerah dan desa. Adanya Walisongo mendorong dan melahirkan tokoh-tokoh agama yang ada di daerah dan desa dapat mengembangkan dan mengajarkan Islam juga untuk terus melakukan hal tersebut.

Di Kuwarasan tentunya ada tokoh-tokoh agama yang berperan dalam pengembangan dan pengajaran Islam di Kuwarasan. Salah satunya adalah Al-Magfurlah Simbah K.H Ghufran Al-Hasan, beliau merupakan salah satu ulama yang ada di daerah Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholabah, Desa Pondokgebangsari. Kealiman beliau dan kesederhanaan beliau begitu dikagumi oleh semua santri pondok pesantrennya. Beliau dikenal sebagai ulama yang alim dan sederhana, menurut pemaparan dari keturunan beliau, beliau selalu berpesan kepada anak cucunya untuk jangan mengaku keturunannya kalau tidak bisa mengaji, dan beliau mengatakan bahwa modal dari mengaji adalah " Cengkir '' ( Kencenge pikir ). Dikenal sebagai ulama yang karismatik dari daerah Kuwarasan, hingga beliau mendapatkan sebutan sebagai Paku Bumine Kuwarasan.

Perjuangan beliau hingga sekarang diteruskan oleh para keturunannya, para keturunan beliau mendirikan pendidikan pesantren. Salah satu putra beliau yaitu K.H Ahmad Mahfudz Ghufron mendirikan Pondok Pesantren Al Ghufron pada tahun 2007 sebagai bentuk meneruskan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya dalam mengembangkan dan mengajarkan Islam. Pondok Pesantren Al Ghufron terletak di Desa Pondokgebangsari, Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Pondok Pesantren Al Ghufron berpegang pada prinsip melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nila-nila baru yang lebih baik. Diberi nama Pondok Pesantren Al Ghufron mengambil dari nama K.H Ghufron Al-Hasan yang dimana beliau sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai perumus nilai-nila perjuangan dalam mengembangkan dan mengajarkan Islam, hingga saat ini Islam berkembang dengan baik di daerah Kuwarasan. Dengan hal-hal tersebut beliau mendapatkan sebutan sebagai Paku Bumine Kuwarasan, dikarenakan peran beliau dalam mengembangkan dan mengajarkan Islam di daerah Kuwarasan dan dimana sampai saat ini masih diteruskan oleh para keturunan beliau, hingga dimana sampai sekarang Islam dapat berkembang dengan baik di daerah Kuwarasan.

Sejarah dan Islam di Desa Gumawang

Desa Gumwang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kuwarasan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa Gumawang terletak di sebelah utara Kecamatan Kuwarasan, Desa Gumawang berbatasan dengan 4 desa, sebelah utara berbatasan dengan Desa Wonoyoso, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kuwaru, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Maduresa, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Karangsari Kecamatan Buayan.

Pada masa lalu Desa Gumawang memiliki nama lain, bukan Gumawang, melainkan Karang Gumawang. Dulunya juga Desa Gumawang terdiri dari dua desa yang berbeda, yaitu Karanggayam dan Gumawang, keduanya dulu tidak menjadi satu, namun pada tahun 1955 kedua desa tersebut menjadi satu yakni Desa Gumawang yang dipimpin oleh satu kepala desa dengan pembagian wilayah dusun atau dukuh Gumawang dan dukuh Karanggayam yang terdiri dari  8 RT dan 4 RW. Tokoh atau sosok jelas yang berperan sebagai orang yang pertama membuka atau babad Desa Gumawang secara jelas siapa namanya tidak diketahui namun diyakini adanya dengan makam tertua yang ada di pemakaman umum Dusun Gumawang sebagai makam sesepuh atau para pendiri yang berperan dalam masa awal babad Desa Gumawang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun