ternyata engkau masih berdiri di tepian telaga
tempat entah siapa bercinta, dan kupu-kupu
yang menjauh dari debu jalanan dan puing kota
tetapi bukan persoalan jarak yang engkau pahat
di jantung yang pernah perih, tetapi membasuh
dendam dan segera menguraikannya lewat kata
juga kebisingan yang masih merangsek kemari
katamu, adalah keniscayaan sebagaimana angin
yang tak jarang menampar siapa saja saat senja
seperti juga tangis anak kita saat membaca peta
sebab di manakah selain warna yang menyala
pedih memang bagi mata, tetapi tidak yang buta
Bumidamai, Yogyakarta.
puisi akhmad muhaimin azzet puisi akhmad muhaimin azzet puisi akhmad muhaimin azzet puisi akhmad muhaimin azzet puisi akhmad muhaimin azzet
puisi akhmad muhaimin azzet
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI