Mohon tunggu...
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Muhaimin Azzet Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, blogger, dan editor buku.

Akhmad Muhaimin Azzet, penulis buku, blogger, dan editor freelance di beberapa penerbit buku. Beberapa tulisan pernah dimuat di Republika, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Suara Karya, Ummi, Annida, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Bernas, Bakti, Kuntum, Yogya Post, Solo Pos, Suara Merdeka, Wawasan, Surabaya Post, Lampung Post, Analisa, Medan Pos, Waspada, Pedoman Rakyat, dan beberapa media kalangan terbatas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melatih Anak Terampil MPM

9 Februari 2011   01:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak-anak perlu dilatih untuk terampil MPM (Maaf, Permisi, dan Makasih) dalam rangka mengembangkan kecerdasan sosialnya. Penjelasan dari ketiga latihan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Maaf; atau Permintaan Maaf kepada Orang Lain

Ini adalah latihan untuk terbiasa meminta maaf kepada orang lain apabila kita melakukan tindakan tidak sengaja (apalagi sengaja), namun ternyata tindakan tersebut bisa mengganggu atau melanggar hak orang lain. Misalnya, dengan tidak sengaja anak kita menyenggol pot bunga di teras rumah kita sendiri, pot tersebut akhirnya jatuh dan berserakan di lantai, dan pada saat yang sama ada tamu yang akan kita persilakan masuk ke dalam rumah kita. Meskipun anak kita menjatuhkan pot bunga di rumah kita sendiri, dan pot bunga itu pun milik kita sendiri, segera kita minta maaf, dan anak kita pun kita minta untuk meminta maaf, kepada tamu tersebut barangkali terganggu kenyamanannya dengan jatuhnya pot tersebut.

Kesadaran untuk segera meminta maaf kepada orang lain ini sangat penting untuk kita lakukan apabila kita melakukan tindakan yang menurut kita bisa mengganggu orang lain, terlepas dari orang tersebut akhirnya bilang tidak masalah atau merasa tidak terganggu dengan tindakan kita. Sungguh, sikap ini sangat perlu kita biasakan kepada anak-anak kita karena tidak jarang kita menemui orang-orang yang dengan jelas-jelas melakukan sebuah kesalahan kepada orang lain, namun sangat sulit baginya untuk bisa meminta maaf. Sehingga, tidak sedikit orang lain yang akhirnya menjauhi orang yang tidak bisa meminta maaf tersebut karena dianggapnya angkuh, tinggi hati, atau sombong.

Bila seseorang biasa meminta maaf kepada orang lain jika melakukan tindakan yang dianggap mengganggu orang lain maka orang tersebut dinilai mempunyai kepribadian yang menyenangkan. Sungguh, kepribadian yang menyenangkan adalah modal penting agar seseorang bisa menjalin hubungan dengan relasi atau orang lain secara mengesankan.

b. Permisi; atau Mengucapkan Permisi kepada Orang Lain

Mengucapkan permisi kepada orang lain ini perlu kita biasakan kepada anak-anak kita apabila akan melakukan sesuatu tindakan, namun tindakan tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu kenyamanan orang lain. Misalnya, kita perlu membiasakan anak-anak kita untuk mengucapkan permisi ketika akan melewati kerumunan orang-orang yang sedang duduk. Setelah mengucapkan permisi, kemudian kita atau anak-anak kita berjalan dengan sedikit menunduk.

Mengucapkan permisi kepada orang lain ini memang erat kaitannya dengan etika dalam sebuah pergaulan. Oleh karena itu, orang yang peka dan bisa memahami masalah ini akan dengan ringan hati dalam melakukannya. Namun, tidak sedikit orang yang kurang bisa memahami masalah ini. Misalnya, ada seorang suami yang memasuki kantor istrinya dan menemui istrinya tanpa minta izin untuk masuk atau permisi kepada teman-teman istrinya atau karyawan yang lainnya. Ia masuk begitu saja, padahal seorang lelaki atau suami tersebut melewati banyak karyawan lain di ruang depan. Sudah barang tentu, tindakan laki-laki tersebut, yang mulutnya enggan untuk mengucapkan permisi, akhirnya menjadi penilaian tersendiri di benak teman-teman istrinya, bahwa laki-laki tersebut mempunyai kepribadian yang tidak menyenangkan.

Pada hakikatnya permisi adalah meminta izin, perkenan, bahkan maaf apabila perbuatan yang kita lakukan itu barangkali mengganggu hak orang lain. Hak di sini lebih kepada kenyamanan, bukan hak kepemilikan sebuah barang. Misalnya, permisi mau lewat, permisi mohon diri duluan di sebuah pertemuan, atau permisi minta izin untuk masuk ke sebuah rumah. Bukan permisi dalam arti permisi akan mengambil mangga di kebun tetangga atau permisi akan memakai motor orang lain yang sedang diparkir; sebab untuk kasus yang pertama bisa dilakukan dengan meminta sedangkan untuk kasus yang kedua bisa dilakukan dengan meminjam.

c. Makasih; atau Mengucapkan Terima Kasih kepada Orang Lain

Mengucapkan terima kasih kepada orang lain perlu kita latihkan kepada anak-anak kita tidak saja apabila kita menerima pemberian yang bersifat materi atau yang bernilai besar saja. Sungguh, kita juga perlu untuk membiasakan anak-anak kita—dan kita pun memberikan contoh—agar segera mengucapkan terima kasih kepada orang lain, meskipun yang diberikan orang lain itu hal yang kecil atau biasa saja. Misalnya, buku kita terjatuh, dan teman kita atau orang lain yang kebetulan sedang berada di dekat kita ikut membantu untuk mengambilkan buku kita yang jatuh tersebut. Kepada orang yang membantu tersebut, kita sangat perlu untuk segera menyampaikan terima kasih.

Mengucapkan terima kasih juga perlu kita sampaikan kepada orang lain yang memberikan ide, saran, bahkan kritik kepada kita. Mengucapkan terima kasih jangan sampai kita lupakan apabila ada orang lain mengingatkan kita akan sesuatu yang ternyata kita benar-benar lupa atau khilaf. Demikian pula apabila ada orang lain yang memberikan ucapan selamat kepada kita, baik itu ucapan selamat karena kita mendapatkan kesenangan atau ucapan turut bersedih atau berduka apabila kita ditimpa musibah atau bencana. Mengucapkan terima kasih sungguh merupakan hal yang semestinya kita ucapkan apabila kita diberi pinjaman oleh orang lain, meskipun pinjaman itu barang kecil atau biasa saja, misalnya kita meminjam alat pemotong kuku, atau kita diberi selembar tisu oleh orang lain. Mengucapkan terima kasih semestinya kita latihkan kepada anak-anak kita semenjak kecil agar menjadi kebiasaan baik dalam kehidupannya.

Demikianlah, semoga bermanfaat, dan salam bloger persahabatan,
Akhmad Muhaimin Azzet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun