[caption id="attachment_125468" align="alignleft" width="300" caption="Di samping shalat, berdzikir, mengisi malam Ramadhan juga bisa dilakukan dengan bertadarus al-Qur'an (foto am.azzet)"][/caption]
Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]: 1–5) Di dalam bulan Ramadhan, selain diwajibkan puasa agar bisa meraih derajat takwa, ada anugerah yang besar di dalam salah satu malamnya, yakni malam Lailatul Qadar. Malam ini memiliki kebaikan lebih dari seribu bulan. Jangan sampai kita tidak mendapatkan malam itu. Maka, pada setiap malam di bulan Ramadhan kita manfaatkan dengan beribadah sebaik-baiknya. Alangkah ruginya apabila kita tidak mendapatkan anugerah di malam Lailatul Qadar. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya bulan Ramadhan telah tiba kepada kalian, yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari memperoleh kebaikan malam itu, sungguh ia telah kehilangan seluruh kebaikannya. Dan tidaklah terhalang dari mendapatkan kebaikan malam itu kecuali orang yang malang.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Lalu, kapan turunnya Lailatul Qadar itu? Allah Swt. dan Rasul-Nya memang tak pernah memberikan informasi tepatnya kapan Lailatul Qadar itu terjadi. Hal ini barangkali penting agar umat Islam dapat berlomba-lomba mendapatkannya pada setiap malam di bulan Ramadhan. Namun demikian, Rasulullah Saw. menyampaikan perkiraan kapan turunnya Lailatul Qadar berikut tanda-tandanya. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita perhatikan sebuah hadits, yakni dari Ubadah bin Shamit r.a., ia bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang Lailatul Qadar. Beliau Saw. bersabda: “(Malam Lailatul Qadar) terdapat pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, yaitu pada malam-malam ganjil: malam ke-21, 23, 25, 27, 29, atau pada malam terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni. Di antara tanda-tandanya adalah suasana malam itu akan sunyi, bersih, tenang, cerah, tidak panas dan tidak dingin, seperti diteduhi oleh cahaya bulan, setan tidak diizinkan melemparkan bintang-bintang pada malam itu sampai pagi. Dan termasuk tanda-tandanya adalah matahari yang terbit pada pagi hari itu tidak terasa panas cahayanya, seperti bulan purnama. Pada saat itu, Allah melarang setan-setan muncul bersamanya.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata bahwa sesungguhnya beberapa orang dari sahabat Nabi Saw. pernah melihat Lailatul Qadar di dalam tidurnya pada hari tujuh terakhir. Lalu, Nabi Saw. bersabda, “Aku melihat mimpi kamu itu tepat pada hari tujuh terakhir. Karena itu barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada hari tujuh terakhir.” (HR. Malik, Bukhari, Muslim, dan Abu Daud) Apabila dalam hadits tersebut disampaikan kemungkinan Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dan pada malam-malam ganjil atau pada hari tujuh terakhir, bukan berarti kita hanya beribadah pada malam-malam tersebut. Pada setiap malam, bahkan semenjak malam pertama di bulan Ramadhan, kita sudah harus mulai menunggunya dengan banyak beribadah atau menghidupkan malam di bulan Ramadhan dengan shalat tarawih, tadarus Al-Quran, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan melakukan i’tikaf di masjid. Akan tetapi, pada sepuluh hari yang terakhir di bulan Ramadhan, kita sangat penting untuk meningkatkan semangat kita dalam beribadah. Al-Faqir ila Rahmatillah, Akhmad Muhaimin Azzet www.amazzet.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H