Mohon tunggu...
kang an
kang an Mohon Tunggu... Insinyur - belajar

meretas jalan menuai waktu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdebat Bukan "Alat Pemuas"

22 Januari 2024   11:00 Diperbarui: 22 Januari 2024   12:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Kebenaran adalah gemboran semua orang, tetapi urusan sedikit orang" George Berkeley (1685-1753)

Sekitar sepuluh tahun yang lalu sempat viral aksi sekelompok remaja siswi yang sering melakukan kekerasan terhadap remaja lain sekelompok remaja itu disebut geng nero. Bukan hanya itu kasus-kasus lain yang melibatkan perkelahian antara anak kecil juga jamak terjadi, ada hal yang menarik setiap ada perkelahian semacam itu banyak teman sebayanya yang hanya menonton tapi tidak melerai dan perkelahian semacam itu dianggap sebagai "keseruan" dan "tontonan" yang asik. Itu lah salah satu karakter anak kecil yang khas yakni seringkali melihat sesuatu hanya dari keseruannya saja, tidak berfikir mendalam apakah yang ia sedang saksikan baik atau tidak. Karakter secam ini bisa kita maklumi bila anak kecil yang masih melakukannya itupun sebenarnya harus mulai kita didik dan arahkan agar ia berlahan bisa memahami setiap apa yang ia saksikan dari banyak hal.

Memahami esensi dari setiap hal yang sedang kita saksikan adalah satu keharusan agar kita tidak terjebak pada "keseruannya" saja, yang menghanyutkan kita dan membawa kita ke muara "kebodohan". Minimal kita punya pondasi pengetahuan yang matang, salah satunya bisa kita dapatkan melalui banyak membaca dari banyak sumber. Lalu segala informasi yang telah kita dapat bisa kita cerna secara berlahan tentunya dengan pertimbangan nilai-nilai dan norma yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Bunkan hanya perkelahian anak kecil yang sering menjadi tontonan anak sebayanya karena terlihat "keseruannya" saja. Tapi perdebatan-perdebatan yang sering terjadai disekitar kita, hanya kita nilai dari sisi "keseruannya" saja, entah itu perdebatan yang dilakukan orang biasa di warung kopi sampai perdebatan yang dilakukan oleh akademisi, tokoh bangsa yang dilakukan di media, kampus dll tanpa melihat esensi, materi dan etika dalam berdebat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian debat adalah pertukaran dan pembahasan pendapat terkait suatu hal dengan saling menyampaikan argumentasi atau alasan dengan tujuan mempertahankan pendapat bahkan memenangkan pendapat. Dari pemahaman sederhana itu kita bisa memahami bahwa debat selalu punya esensi dan tujuan yang jelas untuk menyelsaikan suatu masalah, bukan untuk menjatuhkan pihak lain.

Bukan hanya itu debat sering kali dianggap sebagai metode uji seseorang punya kecakapan yang mumpuni dalam memahami satu masalah atau tidak, tapi sebenarnya berdebat hanyalah salah satu cara dari banyak cara untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memahami satu topik atau masalah tertentu. Prosentase anak muda yang begitu banyak dan diperparah hanya melihat perdebatan dari sisi "keseruannya" saja, ini dimanfaatkan oleh segelintir orang yang melakukan "trik-trik" yang "lucu" dalam berdebat hanya untuk mempertontonkan "keseruan" berdebat, tanpa mengedepankan isi dan etik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun