Kita sering menjumpai beberapa orang dengan kemampuan akademik yang cukup baik bahkan berprestasi, tetapi kemampuan akademik itu biasanya tidak berbanding lurus dengan kemampuan nonakademiknya, salah satunya berkomunikasi. Komunikasi pada dasarnya adalah kunci dari kehidupan, apa pun sektor yang kita geluti dalam kehidupan ini, pasti membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik, walaupun kadar baik dalam berkomunikasi sangat relatif tergantung sektor yang kita geluti. Kita semua tahu bahwa Soekarno dan Hatta ada Dwi tunggal Proklamator bangsa ini yang sangat terkenal dan karismatik, tetapi pada konteks komunikasi beliau berdua mempunyai pola komunikasi yang cenderung bertolak belakang. Soekarno adalah seorang orator ulung dan komunikasinya bisa menembus berbagai lapisan masyarakat hal ini berbanding terbalik dengan Bung Hatta yang pola komunikasinya cenderung diplomatik dan cocok untuk mewakili Indonesia di kancah internasional, ini dibuktikan dengan suksesnya Bung Hatta menghimpun kekuatan pelajar Indonesia di Belanda untuk Indonesia merdeka sampai mewakili Indonesia dalam meja-meja perundingan.
Bicara soal komunikasi saya teringat momentum "istimewa" dengan seorang kolega, di mana momentum tersebut cukup istimewa, mengingat jarang dan sulitnya pertemuan di antara kami. Akan tetapi, kondisi pada saat itu tidak memungkinkan untuk kami berbicara empat mata mengingat kondisinya cukup ramai dan cair, tetapi kesamaan visi membuat kami tetap mencuri-curi waktu untuk bisa berbicara bersama tanpa menghiraukan yang lain. Tibalah waktu ramah tamah setelah acara inti, ditemani alunan musik yang hangat dan syahdu saya dengan seorang kawan membuat forum kecil, lalu tak disengaja dia tiba dan duduk di sebelah saya, diskusi ringan mulai mengalir dan kawan-kawan mulai berdatangan membentuk formasi bulat yang epik. Di tengah diskusi yang cukup hangat, kami mencoba tetap berkomunikasi secara nonverbal dan alhasil cukup lancar dan asik komunikasi antara saya dan dia, tanpa ada orang yang tahu kami mencoba menceritakan banyak hal dan pada satu momen kami tidak sengaja menggunakan media "kacang rebus" yang silih bergantian kami genggam sebagai alat komunikasi. Tidak hanya pada momen itu, keesokan harinya kami masih sama mencoba menyelesaikan bahasan yang belum usai tadi malam, tetapi di tengah bahasan ada seorang kawan yang datang di tengah saya dan dia, dan tentunya kedatangan si kawan ini tidak boleh merusak semuanya. Lalu kali ini kami coba gunakan "botol minum" dan "sebungkus gemblong" sebagai alat komunikasi.
Komunikasi nonverbal memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita ketika kita berkomunikasi dengan orang-orang yang kita temui. Komunikasi nonverbal adalah sebuah proses menggunakan pesan-pesan tanpa kata untuk menyamakan makna. Studi ilmiah pertama tentang komunikasi nonverbal dapat kita ketahui melalui buku Charles Darwin, sang penemu teori evolusi. Dalam bukunya ia berpendapat bahwa semua mamalia menunjukkan emosi melalui raut wajah. Emosi merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang menggambarkan pentingnya arti komunikasi apapun konteksnya. Dalam pendapat lain dikutip dari buku Komunikasi Bisnis (2020) karya Rolyana Ferinia, dkk. beberapa pihak beranggapan bahwa komunikasi nonverbal lebih penting dari komunikasi verbal. Hal ini didasarkan pada hasil studi yang dilakukan Mehrabian di 1971. Studi tersebut memperlihatkan bahwa pengucapan kata-kata hanya tujuh persen saja yang bisa ditangkap manusia. Sedangkan intonasi suara dan bahasa tubuh memberi pengertian sebesar 38 persen dan 55 persen. Berdasarkan hasil studi tersebut, para ahli kemudian menyebutkan bahwa perilaku nonverbal memang bisa menceritakan apa yang terjadi. Namun, besar kemungkinan informasi spesifik akan terlewatkan dalam proses komunikasi. Kesimpulannya, komunikasi nonverbal sangat penting karena sifatnya yang lebih jujur dan spontan dalam mengungkapkan perasaan, pendapat, ide, dan gagasan seseorang. Dengan memahami bentuk komunikasi nonverbal orang lain, kita menjadi paham apa yang dirasakan orang tersebut ketika berkomunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H