Diartikel saya kali ini saya akan bercerita sedikit banyak tentang salahsatu guru ngaji atau ustadz saya dari waktu kecil dulu. Beliau merupakan anak dari soerang kyai dan ustadz yang sangat disegani dan dihormati di desanya dan desa saya yaitu almarhum KH.Musyafa, beliau ustadz saya ini biasa dipanggil Ustadz Yusuf, saya dan adik saya sejak masa SD mengaji ke tempat beliau ngaji al quran dan beberapa kitab kuning. Ustadz yusuf ini lahir di Kendal 12 Februari 1977, beliau menikah pada sekitar tahun 2011 tepatnya pada 25 syawal/september dengan ibu muhayaton. Sampai sekarang beliau baru dikaruniai tiga orang anak yaitu anak yang pertama bernama Azkiroya Salsabila, anak kedua bernama muhammad hasanudin, anak yang ketiga atau terakhir bernama khusni milatussaadah.
Beliau Ustadz Yusuf ini lebih memilih mondok dari kecil karena beliau juga tidak suka sekolah umum, sukanya mondok. Jadi beliau mondok dari kecil di Magelang, beliau lulusan dari Tsanawiyah atau persamaan sederajat dengan SMP di jaman dulu. Beliau mondok di Pondok Pesantren Salafiah API Tegal Rejo, Magelang. Bagi yang belum tahu API itu sebenarnya singkatan dari Asrama Pendidikan Islam, beliau mondok disana kurang lebih selama sembilan tahun dan beliau juga sempat mengabdi dua tahun di pondok pesantren tersebut. Beliau juga mengajar beberapa kitab seperti  kitab taklimul mutaalim, kitab tariebb, dan juga kitab al jurumiah dan lain lain.
Beliau ini merupakan santri yang tentunya berperstasi, prestasi beliau yaitu di bidang baca kitab kuning, hafal kitab umriti, hafal kitab alfiah dan lain sebagainya, beliau saat ini selain mengajar ngaji dirumah dan mushola dekat rumahnya beliau juga mengajar di MDTU ULA 01 MIFTAHUL ATHFAL yang berada  di Desa Pidodowetan, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Selain itu beliau juga sebagai seorang petani padi. Saat ini beliau sebagai ustadz, aktif di organisasi masyarakat dan mendajabt di bidang pemberdayaan umat. Beliau sebagai gruru ngaji /ustadz saya tak lupa berpesan kepada saya yaitu menjadi orang yang beriman dan bertaqwa (mencakup segalanya), dan serta menjadi orang yang beraqlakul karimah. Pesan lainnya dari beliau belajar yang giat, tekunikeilmuannya, ilmu ilmu akhlaq dan lain lain. Saya dan adek saya diajar mengaji dari quran disana dari SD sampai SMA dan sampai sekarangpun masih belajar agama. Dulu diajar oleh bapaknya yang bernama Kyai Musyafa, karena sudah meninggal akhirnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Ustadz Yusuf. Saya dan keluarga saya pun kalau hari raya idulfitri selalu kesana dan berakat fitrah juga disana, beliau ini kalau tidak 2 bersaudara 3 bersaudara beliau punya kakak laki laki  satu. Saya dan adek saya sebenarnya tidak hanya menuntut ilmu agama di sana saja, namun juga ditempat dan para kyai/ustadz lainnya.
  Beberapa tahun belakangan ini mungkin kita sudah sering mendengar beberapa kasus perseteruan yang terjadi antara guru/ustadz dengan muridnya, atau orangtua murid dengan guru anaknya yang berakhir ricuh bahkan sampai harus dibawa ke kepolisian dan persidangan.
Di dalam agama Islam, guru merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa yang disampaikannya dan yang diperintahkan juga diajarkan merupakan kebenaran dan sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan juga sesuai perintah Allah SWT. Karena darinya, kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Dulu bahkan, demi memperoleh sepotong hadits atau mencari ilmu lain, orang-orang rela melakukan perjalanan jauh demi dapat duduk di majlis ilmu dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Berbeda dengan sekarang yang dapat dengan mudah untuk menuntut ilmu.
Dibawah Inilah beberapa adab-adab terhadap guru yang perlu kita terapkan ketika menuntut ilmu:
1. Mendoakan kebaikan untuk guru
Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membalas kebaikan guru adalah dengan mendoakannya. Jika bukan karena ilmu yang disampaikan oleh guru, mungkin kita masih dalam keadaan bodoh dan tidak tahu banyak hal. Rasulullah bersabda: "Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal." (HR Bukhari)
2. Tidak menggaduh/ngobrol/bergurau di hadapan guru
Bagaimana rasanya ketika kita sedang berdiri menyampaikan sesuatu namun orang yang kita ajak berbicara malah mengobrol sendiri? Tidak enak bukan? Pun begitu dengan guru. Ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu, maka dengarkanlah dengan seksama. "Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara" (HR. Bukhari).