Mohon tunggu...
Akhmad Solikhin
Akhmad Solikhin Mohon Tunggu... Lainnya - Biotechnologist

Ayo Melek Sains

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Nyamuk Wolbachia

16 November 2023   10:05 Diperbarui: 27 November 2023   10:08 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nyamuk (sumber: freepik)

Nyamuk hidup tersebar di seluruh dunia dengan jumlah spesies mencapai 3.450 jenis. Di Indonesia ditemukan sekitar 457 jenis diantaranya yaitu jenis Anopeles, Culex, Mansonia dan Aedes.

Serangga satu ini memiliki kebiasaan menggigit dan menghisap darah manusia atau hewan. Tapi tahukah anda, faktanya hanya nyamuk betina yang mengigit dan menghisap darah manusia atau hewan. Sedangkan nyamuk jantan tidak melakukannya.

Nyamuk jantan hidup berkembang biak dari telur, larva, pupa, nyamuk dewasa lalu kawin dan setelah itu mati. Nyamuk jantan mendapatkan sumber makanannya dari cairan tanaman seperti nektar. Sumber gula tersebut digunakan untuk menghasilkan energi dan bertahan hidup.

Pada nyamuk betina, makanan dari darah manusia atau hewan digunakan untuk menyuplai protein guna perkembangan sel telur yang dihasilkan. Darah juga digunakan nyamuk betina sebagai sumber energi untuk beraktivitas.

Nyamuk betina dapat menghasilkan 50-100 telur dalam sekali proses bertelur. Sepanjang hidupnya, nyamuk betina dapat bertelur hingga 10 kali.

Gigitan nyamuk betina pada manusia dapat menyebarkan penyakit virus seperti malaria, demam berdarah (dangue), chikungunya, zika, radang otak, dan kaki gajah. Nyamuk menjadi vektor penyakit yang perlu diwaspadai dan dikendalikan.

Transmisi penyakit dapat terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit orang sehat. Jika ada nyamuk yang belum terinfeksi menggigit orang yang terinfeksi kemudian nyamuk tersebut menggigit orang sehat maka orang sehat tersebut akan terinfeksi juga.

Wolbachia menghambat replikasi virus (sumber: Kemenkes)
Wolbachia menghambat replikasi virus (sumber: Kemenkes)

Parahnya untuk penyakit seperti dangue, sebuah studi menyatakan bahwa sekitar 76% infeksi dangue tidak bergejala. Hal ini membuat transmisi virus dangue melalui vektor nyamuk menjadi semakin meningkat jika tidak dikendalikan dengan tepat.

Menurut Kemenkes, pada akhir tahun 2022 jumlah kasus dangue di Indonesia mencapai 143.000 kasus. Ilmuwan asal Oxford University (Samir Bhatt) bersama koleganya memprediksi jumlah kasus dangue di Indonesia mencapai 7.590.213 kasus atau 50 kali lebih tinggi dari data yang terlaporkan pada akhir 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun