Di tengah tingginya bangunan kantor dan mall kota Jakarta, berdiri toko buku sederhana. Koleksi buku di toko tersebut beragam dan lengkap. Mulai dari cerpen, novel, biografi, ensiklopedia, komik, sejarah baik karya dalam negeri dan luar negeri tersedia.
Toko tersebut milik Pak Haji Syamsul, seorang pensiunan Guru sekolah dasar yang cinta budaya literasi. Pak Haji merintis usaha jualan buku dari lapak kecil di Pasar Senen, Jakarta. Bersama istrinya, Pak Haji berjuang dengan berjualan buku guna mencukupi kebutuhan rumah tangga serta sekolah anak-anaknya.
Berkat kerja keras bersama istrinya, kini Pak Haji memiliki toko buku sederhana untuk berjualan buku sekaligus perpustakaan. Pengunjung dapat sekadar membaca buku, meminjam buku atau membelinya jika memang berminat.
Tidak hanya itu, ketiga anak Pak Haji berhasil menamatkan pendidikan tinggi di universitas ternama melalui jalur beasiswa. Semua itu juga berkat pendidikan literasi yang diterapkan dalam keluarga Pak Haji.
Attar anak pertama adalah tamatan Master Komputer Sains Universitas Oxford Inggris yang sekarang menjadi ahli IT. Ar-Razi, anak kedua adalah tamatan Master Ekonomi UI yang sekarang menjadi pengusaha sepatu lokal dan konveksi. Sedangkan anak terakhir adalah Al-haitham, lulusan arsitek MIT Amerika yang sekarang menjadi arsitek handal baik di dalam maupun luar negeri.
Perkembangan teknologi digital menjadi tantangan bagi para pemilik toko buku. Orang menjadi malas membaca buku cetak, malas membaca di perpustakaan dan lebih memilih membaca dari gawai masing-masing.
Hal ini membuat beberapa toko buku gulung tikar. Sedangkan toko lainnya mengikuti perkembangan dengan mulai menjual buku digital.
Perpustakaan juga menjadi tidak seramai dulu. Tentu hal ini menjadi bentuk nyata kemunduran literasi membaca.
Di suatu momen makan bersama keluarga. Pak Haji terlihat termenung, kemudiann sang istri menegurnya.
"Makan dulu Pak, mikirin tokonya nanti lagi! Ini jugi mumpung anak-anak lagi pada kumpul"