"Iya Bue"
"Ada apa dengan toko buku kita Bapak?" Tanya Ar-Razi sambil mengambil nasi dari meja makan
"Sekarang toko jadi sepi karena orang pada malas membaca buku cetak." Jawab Bu Haji.
"Bukan hanya masalah itu Bue, jadi saya itu kepikiran terus, bagaimanan nasib literasi membaca buku di masa depan, di tengah perkembangan teknologi yang memang tidak bisa kita bendung." Lanjut Pak Haji.
"ehm, aku punya ide. Bapak sama ibu tenang saja. Nanti Attar, Ar-Razi dan Al-haitham akan berdiskusi untuk memberikan solusi atas kekhawatiran yang Ibu sampaikan tadi."
"Siap kak, Kalau begitu ayo kita nikmati dahulu masakan Ibu. Seminggu lebih aku makan makanan Jepang terus. Alhamdulillah sudah selesai proyek di sana." Ucap Al-haitham mengakhiri percakapan makan malam hari itu.
Setelah berdiskusi bersama semalaman di rumah, Attar, Ar-razi dan Al-haitham sepakat untuk membuat proyek bersama. Proyek tersebut mereka beri nama "Toko Literasi Masa Depan".
Inti dari proyek tersebut adalah melakukan renovasi toko buku orang tuanya dengan mengaplikasikan ilmu teknologi dan arsitektur futuristik. Sisi bisnis tentu masih menjadi perhitungan namun tujuan utamanya adalah memberikan solusi atas kekhawatiran Pak Haji akan nasib literasi di masa depan.
Akhirnya pak Haji pun sepakat dengan ide yang diusulkan anak-anaknya. Pak Haji merasa bersyukur, anak-anak yang dari kecil dikenalkanya dengan budaya literasi, sekarang mereka juga menjawab tantangan literasi di masa depan.
Dengan berbagai kerjasama bersama pemerintah dan swasta baik dalam dan luar negeri, akhirnya jadilah proyek Toko literasi Masa Depan. Namun, atas suatu pertimbangan tertentu, toko ini tetap dinamankan "Toko Buku Pak Haji".
Buku-buku cetak yang dijual tertata rapi di raknya seperti toko buku lainnya. Begitu pula dengan buku-buku yang disediakan untuk di baca di tempat.