ELPIJI merupakan brand PERTAMINA dimana gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propana (C3H8) dan butana (C4H10). Di Indonesia, ELPIJI digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, mulai dari rumah tangga, kalangan komersial (restoran, hotel) hingga industri. Berbagai alasan para konsumen dalam menggunakan ELPIJI yaitu tingkat kebersihannya dan kestabilannya dalam pembakaran, lebih fleksibel, dan ramah lingkungan. ELPIJI sudah sangat popular di kalangan masyarakat menengah ke atas.
Sejak tahun 2007, pemerintah menggulirkan program Konversi Minyak Tanah ke ELPIJI, dengan tujuan untuk mengubah pengguna minyak tanah bersubsidi yang mayoritas merupakan kalangan masyarakat ekonomi lemah menjadi pengguna ELPIJI. Dengan demikian, pemerintah dapat memperhitungkan penghematan biaya dan akses kepada masyarakat ekonomi lemah terhadap bahan bakar yang lebih bersih. Dengan pemberian subsidi 3 kg, maka harga jual dapat ditekan lebih rendah dan masyarakat pun dapat memperolehnya dengan relatif mudah.
Bagi masyarakat miskin, membeli gas elpiji seharga Rp 15,000 per tabung sangat memberatkan, karena penghasilan mereka tiap hari hanya cukup untuk makan sehari, bahkan terkadang kurang. Selain itu, kebutuhan prioritas masyarakat tertentu juga penting. Sebagai contoh, masyarakat pedesaan di lereng-lereng pengunungan tidak begitu membutuhkan gas elpiji karena mereka bisa mendapatkan bahan bakar berupa kayu, batu bara, atau briket yang bisa didapatkan dengan cuma-cuma dan bisa dibuat sendiri.
Permasalahan saat ini, pihak PERTAMINA membuat program baru yaitu mengalihkan para konsumen ELPIJI bersubsidi 3 kg menjadi konsumen ELPIJI non subsidi 12 kg. Pengalihan ini dijalankan untuk memberikan kesempatan konsumen menengah atas agar nelakukan sesuatu sesuai status ekonominya atau haknya. Langkah awal PERTAMINA dalam hal ini yaitu dengan menaikkan harga ELPIJI non subsidi 12 kg dari tahun 2014 hingga 2016 mendatang. Meskipun program ini belum disetujui penuh oleh Menko Perekonomian dan Pemerintah, namun pihak PERTAMINA tetap akan menjalankan aksi korporasi ini dan berharap konsumen menengah ke atas tidak keberatan dengan harga-harga kenaikkannya. Sejak pengumuman kenaikan harga ELPIJI 12 kg pada pekan lalu, 10 September 2014, tabung ELPIJI 3 kg di beberapa kota semakin sulit didapatkan. Akibatnya masyarakat terpaksa beralih menggunakan ELPIJI 12 kg Dengan terjadi kelangkaan ini, masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan merasa keberatan dalam menanggapi hal ini.
Dalam menanggapi hal ini, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi ini dengan cepat. Penulis setuju dengan kenaikkan harga gas ELPIJI maupun beralih ke ELPIJI 12 kg dan penulis juga golongan menengah ke bawah. Hanya saja, pemerintah dan pihak PERTAMINA harus bekerjasama memberikan akses dan pelayanan yang baik terhadap masyarakat menengah ke bawah yaitu dengan memberikan tabung gas ELPIJI non subsidi 12 kg secara gratis, sehingga masyarakat menengah ke bawah tidak keberatan membeli isi ulang gas 12 kg harga saat ini (sudah dinaikkan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H