Dulu, Indonesia sering disebut paru-paru dunia karena memiliki kawasan hutan yang begitu luas. Hutan memainkan peran sentral sebagai sumber produksi oksigen bagi manusia. Pernyataan ini dibuat untuk mengingatkan pihak lain bahwa dampak kebakaran hutan masih menjadi masalah besar bagi Indonesia.
Kebakaran hutan adalah fenomena yang terutama disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah faktor alam dan yang kedua adalah faktor manusia yang tidak terkendali. Secara umum, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap upaya pelestarian lingkungan masih rendah.Â
Hal ini terutama terjadi di Sumatera dan pulau-pulau di Sumatera, di mana praktik tebang-bakar oleh petani kecil dan bisnis (biasanya strategi pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan pengembangan perkebunan untuk perluasan industri pulp dan kertas) Tercermin dalam penggunaan. Kalimantan.
Mengapa faktor alam tak terelakkan dan bukan salah siapa-siapa Karena alam tak terduga seperti yang dipikirkan manusia. Namun, kebutuhan untuk mengambil tindakan dan menilai pendorong perilaku manusia merupakan bidang yang sangat memprihatinkan. Karena banyak orang yang kehilangan kesadaran karena telah melakukan tindakan yang dapat merugikan banyak orang, termasuk diri mereka sendiri terutama lingkungan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan luas areal yang terendam kebakaran hutan pada periode awal 2019 hingga akhir tahun adalah 328.724 hektare. Saat itu, BNPB mengaku kewalahan karena peralatan tidak mampu memadamkan api dengan cepat.
Agus Wibowo, Wakil Direktur Pusat Data dan Informasi Masyarakat BNPB, mengatakan total kebakaran di lahan pertambangan masih yang paling luas yaitu 239.161 ha, sedangkan lahan gambut mencapai 89.563 ha. Kebakaran di Riau sebagian besar terjadi di lahan gambut, mencapai 40.553 hektare dan di tanah mineral 8.713 hektare. Hal sebaliknya terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana lahan merupakan wilayah terluas terjadinya kebakaran.
Kebakaran hutan dan kebakaran hutan menghasilkan asap, menurunkan kualitas udara, dan paparan kebakaran hutan mempengaruhi kesehatan penduduk di daerah rawan bencana. Dengan merebaknya penyebaran, pemerintah mencekik banyak negara tetangga, terutama Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, dan Australia.
Kebakaran hutan tidak hanya berdampak pada hewan dan tumbuhan, tetapi juga manusia. Hal ini karena gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida (Co) dan karbon dioksida (Co2) dapat menimbulkan berbagai penyakit terutama ketika masuk ke dalam tubuh manusia. Pada sistem pernapasan, debu seperti kotoran kebakaran hutan juga dapat mengiritasi sistem pernapasan.
Hutan itu sendiri merupakan habitat bagi banyak spesies untuk bertahan hidup. Menurut saya, kita sebagai manusia harus terus menjaga dan menjaga alam. Karena masih banyak kehidupan yang perlu dilindungi bagi manusia dan hewan, terutama hutan, sebagai habitat hewan dan sumber paru-paru dunia. Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan tidak hanya pada manusia, tetapi juga pada hewan dengan membakar habitatnya.
Jadi saya pikir kita semua harus menyadari bahwa ada banyak alasan orang terlibat dalam kebakaran hutan, seperti membuka lahan baru atau membangun gedung baru. Namun mereka tidak memikirkan nasib hewan dan tumbuhan hutan. Kebakaran hutan di Indonesia tahun 2019 tampaknya semakin meluas, dengan banyaknya foto kebakaran hutan Indonesia yang beredar di media
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H