Papa adalah sosok tegar, tegas dan lembut. Tujuan hidupnya jelas terbaca oleh katong (baca kami) anak-anaknya ketika katong bertumbuh dewasa. Harga dirinya lebih berharga dari segala sesuatu didalam kehidupan ini. Hanya dua hal yang dapat membuat dia mengalah dan menyerah; suara imannya dan suara keluarganya.
katong dididiknya ala militer. Bagi Papa, 2 hal penting yang harus Katong anak-anaknya tekuni ialah sekolah dan ibadah setiap hari minggu di gereja. 2 hal inilah yang sanggup mengunggah kerelaan hatinya. Semua prinsip dan didikannya tak ada yang berbuah baik saat Katong masih berada di kota Kupang NTT, Katong pung kota kelahiran. Tapi ketika satu per satu pergi merantau sampai ke daerah jauh (Beta sampai di Kamboja) barulah semua didikan, ajaran dan nasehatnya berfaedah. Satu prinsip Papa yang mendasari hampir setiap tindakan dan cara berpikir Katong samua tertuang dalam kalimat berikut
"Lebe bae sandiri tapi banar daripada iko rame tapi salah"
"Lebih baik berdiri sendiri diatas kebenaran daripada beramai-ramai diatas kesalahan"
Papa kini sudah tua tapi tak renta. Semangat hidupnya masih terukir jelas dikerutan-kerutan wajahnya. Setiap ingatan yang muncul tentang Papa akan selalu menginspirasi untuk lebih bijak dan tegar lagi dalam menjalani kehidupan ini.
Di usianya yang sudah melewati 70 tahun, Papa masih tetap bertahta sebagai seorang Ayah dihati katong samua, anak-anaknya. Prinsip-prinsip hidupnya tak tergantikan. Nasehat-nasehatnya tak terbandingkan. Papa yang masih berumur panjang dizaman yang sangat modern baginya, Papa yang pemikiran-pemikirannya selalu kontroversial karena prinsip-prinsipnya, Papa yang tak muda lagi namun tetap disegani, Papa adalah pribadi yang sama yang takan pernah berhenti mencintai katong samua anak-anaknya.
Suara Papa, lembut, penuh nada mengasuh dan menggendong. Serak-serak suaranya ketika berbicara disambungan telephone Internasional mengingatkan beta akan ketegarannya saat berdiskusi atau saat sedang mempertahankan pendapat-pendapatnya dalam rapat keluarga atau pertemuan-pertemuan pemimpin di katong pun kota lahir.
Ketika liburan kemaren, beta berunjung ke Kupang, beta akhirnya bisa pegang Papa pung tangan. Tangan yang kurus dan keriput masih saja tegar ketika disentuh. Tangan itu pernah pegang beta pung tangan kecil saat menelusuri trotoar disepanjang jalan-jalan kota Kupang.
Papa adalah Pahlawan dengan bintang jasa yang terus bersinar. Bintang Jasa itu adalah katong anak-anak Papa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H