Mohon tunggu...
SARDINI RAMADHAN
SARDINI RAMADHAN Mohon Tunggu... -

Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa). Alumni FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jilbab Seorang Pemulung di Sudut Kota Pontianak

20 Mei 2013   22:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:17 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Suatu hari aku mendapati pemandangan indah didepanku. Sebuah keluarga besar terdiri dari 4 orang anak dan dua orang tua melintas dihadapanku yang sedang menjemput keponakan di MTs 1 Pontianak. Keluarga in begitu damai dan dari pancaran wajahnya terlihat garis-garis kebahagiaan. Tahukah anda siapa mereka? Suaminya mendorong gerobak yang dinaiki 3 orang putra-putrinya. Sementara Sang Istri menggendong si kecil yang baru beberapa hari mencium bau dunia sambil menenteng payung karena panasnya cuaca siang itu memanggang kota Pontianak. Sambil menggendong sang istri juga sesekali memunguti gelas-gelas kosong bekas minuman yang ditemui dijalan. Sebuah romantisme cinta dan kerja yang begitu harmoni pada keluarga ini. Ditengah teriknya suasana di siang itu, wajah tegar mereka menaklukkan kota seolah menyirami suasana yang panas dan keletihan menunggu. Mereka penyejuk hati yang ternyata bukan hanya kutemui sekali itu saja. Tapi juga hari-hari selanjutnya. Siapa mereka? Aku yakin tak banyak yang mengenal dan peduli pada mereka? Paling istimewa adalah keistiqomahan sang istri membalutkan selembar mutiara wanita muslimah pada kepalanya. Hebatnya wanita ini. Ditengah kerasnya kehidupan yang dilaluinya ternyata tak membuatnya takluk dari godaan untuk menanggalkan jilbabnya. Kontras dengan kebanyakan wanita-wanita berpendidikan nan kaya yang dengan mudahnya mengobral kecantikannya kepada banyak orang. Tahukah Anda siapakah wanita ini? Dia muslimah pemulung dari suatu sudut kota di Pontianak. Jilbabnya bukan jilbab yang pendek tapi jilbab yang lebar yang biasanya dipake akhwat-akhwat pengajian. Jilbabnya bukan hanya dipake disuatu moment kehidupan tapi selalu dipakai setiap harinya. Setidaknya keistiqomahan itulah yang selalu kudapati saat melihatnya dari kejauhan. Seorang Penyair berkata: Pernahkah terpikirkan oleh kita, saat seorang muslim meninggal dunia, mereka wajib menghadap Allah dengan aurat tertutup. Seharusnya semasa didunia, kita berusaha sekuat tenaga menutup aurat-aurat kita. Sebelum waktu yang memaksa kita harus menutupnya selamanya Ya Allah rahmatilah keluarga pemulung ini Ya Allah tinggikanlah derajatnya disisimu Muliakanlah mereka dilangit dan dibumimu Jadikanlah mereka inspirasi bagi kami untuk selalu menjaga ketakwaan kepadaMu Dalam kondisi bagaimanapun kehidupan kami

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun