Mohon tunggu...
SARDINI RAMADHAN
SARDINI RAMADHAN Mohon Tunggu... -

Pendiri KPK (Komunitas Pena Khatulistiwa). Alumni FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuk Beramal, Selagi Masih ada Kesempatan

20 Mei 2013   22:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:16 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Inilah Mereka alumni dari madrasah terbaik. Mereka adalah golongan pejuang tangguh yang istiqomah menyuarakan kebenaran pada tahun-tahun awal kemunculan Islam. Mereka adalah manusia pilihan yang langsung digembleng oleh manusia terbaik dimuka bumi, Rasulullah SAW. Semua pasti mengenal khulafaur Rasyidin? Khalifah Rasul yang telah menorehkan tinta emas dalam peradaban Islam. Abu Bakar As Shidiq, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Manusia sekelas mereka amat sangat takut dengan hisab (perhitungan) amal di akhirat. Berikut beberapa beberapa komentar tentang ketakutan mereka dengan hari hisab (perhitungan). Qatadhah berkata,” Sampai kepadaku bahwa Abu Bakar berkata:  Alangkah senangnya (tidak dimintai pertanggungjawaban oleh Allah). Sekiranya menjadi sayuran yang dimakan oleh binatang. Umar bn Khattab membaca surah At Thur, sehingga ketika sampai pada ayat,” Sesungguhnya siksa u pasti akan terjadi,” beliau menangis sampai membuatnya sakit dan dikunjungi para sahabat. Umar berkata kepada anaknya pada saat menjelang kematian: Celaka kamu, letakkan pipiku diatas tanah, barangkali Allah merahmatiku .” Lalu berseru , celaka aku wahai ibu, jika Allah tidak mengampiniku (diucapkan sampai tiga kali).” Ustman bin Affan apabila berdiri diatas kubur selalu menangis hingga membasahi jenggotnya. Beliau berkata,” seandainya aku berdiri diantara surga dan neraka, aku tidak tahu akan kemana aku dperntah , sungguh aku lebih memilih menjadi daun pntu sebelum mengetahui kemana aku akan kembali. Dialah Ali bin Abi Thalib, tangisan dan ketakutannya. Dia sangat takut kepada dua hal, yaitu panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu.  Beliau berkata,” Panjang angan-angan akan melupakan akhirat, sedangkan mengikuti hawa nafsu akan menghalangi kebenaran. Ketahuilah, sesungguhnya dunia akan berlalu dan akhirat akan datang kemudian, masing-masing mempunyai pengikut, maka jadilah kamu pengikut akhirat  dan jangan menjadi pengikut dunia.  Karena hari ini adalah hari kerja, tidak ada hisab, dan besok adalah har hisab tidak ada kerja. Lalu bandingkan ketakutan mereka dengan kondisi kita hari ini. Bukankah kita amat sangat jauh dari ketakutan akan hisab dengan amal-amal kita yang teramat sedikit. Bukankah kita sering merasa sombong dan membanggakan amal yang sedikit tersebut. Seolah dengan amal itu kita akan terjauh akan siksaNya di hari akhir? Seolah kita telah memesan surga ketika hari perhitungan. Ketika mereka begitu takut dengan hari perhitungan, kenapa kita malah santai menjalani hari dimana kita bebas beramal. Keimanan sekokoh mereka saja tak menyebabkan mereka menjadi jumawa dengan amal-amalnya hingga begitu takut dengan hari perhitungan, lalu bagaimanakah dengan kita yang keimanannya selalu digoyang dengan ujian-ujian dunia? Hidup didunia ini adalah kesempatan kita beramal. Ali Bin Abi Thalib berkata, hari ini (didunia) adalah masa untuk beramal tanpa perhitungan, sedangkan besok (diakhirat) adalah masa perhitungan tanpa beramal.” Mari manfaatkan sisa usia kita dengan memperbanyak amal sebagai investasi abadi dalam menghadapi masa perhitungan. Ayo isi hari-hari sisa umur kita dengan memperbanyak mengingat hari hisab yang tidak mengenal adanya dispensasi. Berikut ayat yang pernah membuat Rasulullah menangis saat Ibnu Mas’ud membacanya. Maka Bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu) (QS. Annisa: 41)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun