Mohon tunggu...
Akhmad Fadli
Akhmad Fadli Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mukim di Kabupaten Mesuji, Lampung.\r\nSering menjadi tempat bertanya orang-orang disekelilingnya dan sering menjadi penasihat masalah kehidupan keseharian.\r\nMemiliki minat di bidang : Antropologi, Religi, Human Relation, Pemerintahan, Travelling, dan Ekonomi.\r\nMemiliki motto hidup : "Khoirunnaassi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar oh Pelajar.. Hendak Dikemanakan Kalian?

2 Oktober 2012   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:22 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Maraknya pemberitaan di Televisi yang mengangkat berita tentang Tawuran Pelajar yang kian tak terkendali belakangan ini menjadikan sebuah tanda tanya besar dalam benak kepala saya.. Kenapa ya kok dalam dunia pendidikan di Indonesia bisa timbul budaya seperti itu? Budaya kekerasan. Bukankah seorang pelajar seharusnya tugasnya adalah belajar, menempa dirinya dengan mencari ilmu pengetahuan dan keterampilan mempersiapkan dirinya untuk masa depannya dalam menggapai cita-citanya? dan bukan tawuran? Apakah ada yang salah dalam sistem pendidikan di Negara yang saya cintai ini atau adakah yang salah dalam Kultur Budaya bangsa ini.

Mohon maaf sebelumnya tulisan ini bukanlah dimaksudkan untuk mengkritisi lembaga pemerintah yang mengurusi masalah pendidikan di Indonesia, atau untuk memberikan solusi atas apa yang terjadi saat ini, bukan pula untuk menambah ruwet dan kusut suasana yang ada, akan tetapi tulisan ini hanyalah ekspresi dari kegundahan hati saya sebagai orang tua yang memiliki anak usia sekolah melihat situasi dunia pendidikan sekarang ini.

Para guru, Pemerintah, Kepolisian dan Masyarakat sepertinya sudah kehabisan akal untuk menghentikan kegiatan tawuran antar pelajar di Ibukota Jakarta.. Menurut berita yang sudah-sudah, tawuran pelajar sebenarnya juga dilakukan di daerah. Bahkan dijakarta tawuran juga dilakukan oleh warga masyarakat, tetapi namanya bukan lagi tawuran melainkan bentrok warga. Kita mengenal bahwa ada salah satu tempat di Jakarta yang warganya sering bentrok dengan warga dari kelurahan sebelahnya. Baru-baru ini di Provinsi Lampung, juga terjadi bentrok warga antara warga desa Pematang Tahalo dengan desa Jabung yang kedua desa itu berada di dalam wilayah Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur.

Jadi tidak hanya pelajarnya, para orang tuanya juga senang sekali dengan tawuran.. Saya jadi berfikir apakah ini akibat dari sistem pendidikan yang menganut asas pendidikan berkarakter bangsa? Ketika para orang tua senang bentrok, suka melakukan teror, para pelajarnya juga senang tawuran.. Apakah mungkin sebenarnya inilah karakter bangsa ini.

Kalau sudah begitu, mungkin ada baiknya dari pada kita bingung memberantas tawuran pelajar, kegiatan ini dilegal formalkan saja sebagai salah satu program unggulan dari sekolah-sekolah. Setiap setahun sekali diadakan kompetisi tawuran antar pelajar. Seharusnya di setiap sekolah juga diadakan perguruan-perguruan silat/atau perguruan bela diri lainnya. Dan jangan lupa, sebagaimana bangsa kita saat ini sukses memperjuangkan Batik sebagai warisan budaya bangsa kepada Unesco dan pada hari ini (tanggal 2 Oktober) ditetapkan sebagai hari Batik Indonesia, maka agar mendapatkan pengakuan dunia internasional, hendaknya tawuran juga didaftarkan sebagai salah progam unggulan sekolah di Indonesia kepada Unesco.

Jadi para pelajar kita tidak hanya hebat dari sisi keilmuan (SMK Otomotif di Solo telah berhasil membuat kendaraan Roda Empat/mobil, meskipun tidak pernah diakui oleh pemerintah, karena dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas bisnis otomotif nasional yang cenderung dikuasai oleh asing), dengan memenangkan kejuaraan-kejuaraan olimpiade of science tingkat dunia, tetapi juga memiliki keterampilan dan keahlian beladiri, sehingga para pelajar akan memiliki tubuh yang kuat dan sehat karena untuk kegiatan tawuran diperlukan kekuatan fisik dan dengan jargon "Mensana in corpore sano" lambat laun maka para pelajar kita akan memiliki jiwa yang sehat pula.

Mungkin ada yang berfikir bahwa ide ini gila.. Jangan kuatir kok, tradisi di negara ini, ketika sesuatu itu dilegalkan dan dibina secara resmi maka lambut laut akan menurun dengan sendirinya. Beberapa catatan tentang itu antara lain :

1. Kita tahu Indonesia adalah produsen cengkeh di era 70-an, setelah dibina secara resmi maka produksi cengkeh kita menjadi turun dan bahkan sekarang ini tidak terdengar lagi produksinya.

2. Kita tahu di era 70 s.d 90-an negara kita adalah negara adidaya untuk tangkai olah raga bulu tangkis, tetapi setelah dibina secara resmi prestasi itu menurun dengan sendirinya.

3. Kita tahu bahwa ekonomi berbasis kerakyatan adalah ekonomi yang tangguh menghadapi krisis ekonomi global, tetapi setelah sistem ekonomi dibina secara resmi pengusaha-pengusaha kita justru menjadi lemah dan perlu proteksi untuk mampu bertahan dari krisis.

jadi dari tiga contoh tersebut, maka ketika tawuran dilegalkan dan dibina secara resmi, intensitas kegiatan tawuran itu sendiri trend nya akan mengalami penurunan dan pada saatnya nanti tawuran akan menghilang dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun