Sudah menjadi rahasia umum yang kita ketahui bahwa Indonesia menempati posisi terburuk dalam hal minat dalam membaca. Budaya minat baca di Indonesia sangat rendah diakibatkan minim penanaman kebiasaan dalam hal membaca sejak dini menjadi salah satu dari banyaknya faktor minat baca. Di era yang serba digital saat ini, orang tua lebih memilih anaknya menghabiskan waktu dengan smarthphone yang bersifat visual dibandingkan dengan buku dengan tujuan agar si buah hati tidak mengganggu pekerjaan orang tua.
 Kebiasaan mengalihkan perhatian anak dengan smartphone akan terus berlanjut hingga anak remaja hingga membuat anak berfikir bahwa membaca itu membosankan. Berisi sekumpulan kalimat dengan tebalnya buku, tidak ada bergambar, dan ketika mendengar kata "baca" yang terlewat dipikirannya hanyalah buku-buku sekolah. Ini menimbulkan pemikiran bahwa membaca buku membosankan tanpa pernah ia coba untuk membaca. Anak sudah terbiasa dengan visual yang disajikan tanpa melatih imajinasi dari salam dirinya.
 Kehadiran smartphone tidak selamanya buruk, gawai kecil satu ini menghadirkan lahirnya e-book yang bisa memudahkan pembaca agar bisa diakses dimana saja. Pada era digital seperti ini tak terkecuali di Indonesia sendiri masih ada sebagian masyarakat tak terkecuali para remaja yang gemar membaca dikarenakan faktor lingkungan yang berada disekitar mereka. Membaca menjadi pilihan mereka karena imajinasi dapat dimainkan dengan bebas secara bertahap dalam susunan kalimat yang mereka baca.
 Dalam membaca para remaja secara jelas dapat terbagi menjadi dua kelompok yaitu membaca dengan buku digital/e-book dan membaca dengan media cetak. Mereka yang memilih membaca buku digital/karya sastra digital senang dengan mobilitas yang mudah dibawa dan dapat membaca secara terkini karena dapat pembaharuan lebih dahulu. Sedangkan dengan mereka yang memilih bertahan di buku cetak karena mata mereka tidak kuat dan tidak nyaman membaca  terlalu lama dibandingkan dengan buku cetak, juga buku cetak dapat dirasakan sensasi ketika membuka lembaran baru dan wangi dari buku khas yang tidak dapat dirasakan ketika membaca secara digital.
Penting bagi para remaja untuk memahami manfaat membaca, seperti meningkatkan keterampilan bahasa, pemahaman dunia, dan imajinasi. Memilih bacaan yang relevan dengan minat mereka juga dapat meningkatkan minat baca mereka. Dalam era digital ini, penting untuk menemukan keseimbangan antara kegiatan online dan membaca buku. Memperkenalkan bacaan yang menarik, memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan literasi, dan melibatkan remaja dalam diskusi buku dapat membantu meningkatkan minat baca mereka.
Singkatnya, minat baca para remaja di Indonesia dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup. Namun, melalui program literasi, kegiatan buku, dan pendidikan yang tepat, minat baca mereka dapat dikembangkan dan dipromosikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H