Kini, aku sadar di mana aku berada. Jauh, tak tergapai dari semua perasaan yang telah ku simpan sejak lama. Nama-nama yang selalu ku dengar sebelum aku tertidur benar-benar telah hilang.
Bertemu nama baru kini menjadi hal yang menakutkan bagi ku. Apalagi, belum lama ini banyak cara yang coba dia lakukan dengan hati nya yang mungkin saja dikatakan baik?
   "Kamu udah makan belum?" tanya dia
   "Belum, tapi lapar, mau memasak sosis tapi tidak bisa memasak" ucap ku
   "Ya sudah ayo aku masakkin" sambil menarik lengan ku, seraya mengajak ke dapur
Aku memang tidak bisa memasak, rasanya takut sekali jika harus menyalakan kompor gas ataupun melihat minyak panas yanag berbunyi mengerikan. Kegiatan masak kami berjalan biasa saja, kelihaian tangannya dari menyiapkan sosis hingga sosis tersebut dapat ku makan dengan senang hati, membuat aku benar-benar lupa akan sebuah raga yang selalu berpihak pada ku. Kini, 3 ribu kilometer lebih jarak aku dengan nama dia yang dahulu. Jauh sekali dan rasanya mudah untuk menemukan suatu hal yang baru.
Nama yang kini ku kenal baik, membantu ku melupakan yang lalu, namun justru membuatku semakin takut. Hati kedua makhluk yang disebut manusia itu sangat hangat bagaikan dekapan yang selalu aku rindukan. Hal tersebutlah yang membuat ku takut untuk menjatuhkan hati ku kembali pada sebuah harapan yang tak pasti.
   "Udah kamu tidur aja" ucapnya sambil menyuruh ku berbaring di sebalahnya
   "Enggak bisa, aku masih kepikiran, semua salah aku" ucap ku dengan sedikit rengekan kekesalan pada diri ku
   "Kamu enggak salah, jangan terlalu dipikirin, sudah sini tidur saja" ditepuknya tempat kosong disebelahnya untuk aku berbaring
Namun, pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang berbeda, sebuah lintas pikiran membuatku terlarut dalam angannya. Seharusnya, aku tidak perlu tidur.