Mohon tunggu...
Abduh khaerul alhaq
Abduh khaerul alhaq Mohon Tunggu... Freelancer - Kultivator

Belajar menerjemahkan rasa dan pikiran disini

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Titik balik: Ketika Hidup Mengajarkan Tentang Hakikat Kehampaan

28 Januari 2025   13:20 Diperbarui: 28 Januari 2025   13:15 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Universitas Muhammadiyah Tegal (alhaq-cannon)

Ada satu moment dalam hidupku yang begitu membekas,seolah menjadi tanda seru dalam perjalanan panjang yang penuh tanda tanya. Moment ini mengajarkanku bahwa apa yang selama ini ku kejar dengan segenap tenaga, ternyata hanya fana belaka.

setelah aku lulus sekolah, seperti banyak orang, aku terpacu untuk bekerja keras, menghasilkan uang, dan menggapai segala yang terlihat gemerlap. Kupikir, itulah puncak hidup-ketika kita bisa memiliki semuanya. Namun, semakin aku berlari, semakin terasa ada yang hilang. Hati ini hampa, seperti rumah kosong yang hanya berisi bayang-bayang keinginan.

sampai pada suatu titik, aku mengalami sebuah kejatuhan yang tak pernah kuduga. Semua yang kupikir penting perlahan memudar: pekerjaan, materi, bahkan rasa percaya diri ku. Di tengah kehampaan itu, aku mulai mempertanyakan pertanyaan mendasar seperti, "apa sebenarnya yang kucari? untuk apa aku hidup? kemana sebenarnya aku akan pergi?"

jawabanya datang seiring berjalanya waktu,mencoba merenung lebih dalam, menelaah hakikat diriku sebagai manusia. saat itulah aku sadar bahwa segala hal duniawi-Harta, pencapaian,dan gengsi-pada ahirnya akan kembali menjadi debu. Tak ada yang benar-benar kita miliki, bahkan diri kita sendiri. Semua hanya titipan.

moment itu menjadi titik balik. Aku mulai memahami bahwa hidup bukan tentang memiliki, tapi menjadi. menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi seseorang yang bermanfaaat, menjadi hamba yang lebih dekat dengan sang pencipta. Dan di titik itulah, yang kemudian ahirnya aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Aku sadar bahwa kita adalah mahkluk pembelajar tanpa akhir. Ketika kita berhenti belajar, pada saat itu juga sebenarnya kita sudah mati.-bukan secara fisik, tapi jiwa dan fikiran kita yang mati perlahan.

melanjutkan kuliah bukan hanya sekedar untuk mengejar sebuah gelar, tapi bagian dari proses belajar untuk terus tumbuh. Aku ingin memahami lebih banyak hal, mengembangkan diriku, dan memberikan makna lebih, pada setiap langkah yang ku ambil. Aku ingin menjalani bidup dengan penuh kesadaran, bahwa setiap detik adalah peluang untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada_Nya.

Kini, Aku mellihat hidup sebagai sebuah kelas tanpa ahir. seperti yang abu marlo selau katakan bahwa: "setiap detik adalah jam pelajaran,setiap tempat adalah sekolah, dan setiap orang yang hadir di hidup kita itu adalah guru." pun setiap kesulitan itu adalah ujian, dan setiap kebahagian adalah hadiah. Tuhan memang punya cara_Nya sendiri untuk memberikan pelajaran kepada kita, kadang dengan lembut, tapi seringkali dengan guncangan yang menyadarkan. 

Aku bersyukur atas moment kejatuhan itu. Karena tanpanya, mungkin aku masih tersesat dalam ilusi dunia. Dan aku tahu, perjalanan ini belum selesai. Masih banyak hal yang harus ku pelajari, masih banyak kesalahan yang harus ku ralat, dan masih banyak cinta yang harus ku tebar.

Pada akhirnya, hidup bukan tentang apa yang kita kumpulkan, tapi apa yang kita pelajari dan bagaimana kita tumbuh di setiap detiknya. Teruslah belajar, teruslah berjalan, dan jangan lupa bahwa setiap detik adalah kesempatan untuk kembali ke jalan_Nya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun