Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kungfu Panda 2: Menang dengan Pengendalian Diri

24 Agustus 2011   21:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_127619" align="aligncenter" width="400" caption="Kungfu Panda 2: Filosofis dan Menghibur"][/caption]

Alkisah, Shen adalah putra mahkota sebuah kerajaan di China beberapa abad lalu. Berbeda dengan orang tuanya yang cenderung lebih kalem dan tenang, Shen muda adalah orang yang sangat berbakat, tetapi cenderung emosional dan meledak-ledak. Bakatnya luar biasa, negeri yang terkenal dengan industri kembang api itupun ingin diubahnya menjadi negeri penguasa di seluruh daratan China.

Ambisi Shen inilah, didukung dengan bakat intelektualnya yang luar biasa, menjadikan Shen mampu bereksperimen menjadikan kemampuan mereka membuat kembang api tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga diarahkan untuk bisa membuat senjata. Ya, Shen bereksperimen membuat meriam yang ditujukan untuk perang. Tujuannya Cuma satu: menguasai seluruh daratan China.

Orang tua Shen, sangat khawatir dengan sepak terjang Shen yang sangat ambisius. Mereka berdua pada suatu hari, meminta nasehat dan ramalan dari juru ramal kerajaan tentang masa depan Shen. Ramalan masa depan Shen sungguh mengejutkan, bahwa ia suatu saat nanti akan dikalahkan oleh ksatria hitam putih. Dan ksatria hitam putih, pada saat itu, tidak lain adalah seekor panda. Seekor panda? Ya, benar. Ini adalah cerita Kungfu Panda 2, film animasi yang sekarang ini beredar di berbagai bioskop di tanah air.

[caption id="attachment_127620" align="aligncenter" width="538" caption="Lord Shen, korban ambisi pribadi"][/caption]

Mendengar ramalan tersebut, Shen muda memerintahkan untuk menyerbu kampung Panda, daerah di mana kawanan Panda hidup. Pasukan Shen menyerbu kampung tersebut, dan ia memerintahkan pasukannya memusnahkan seluruh naga yang ada di sana. Daerah itu akhirnya disapu bersih. Hampir tidak ada yang tersisa, kecuali seekor panda kecil yang oleh ibunya dimasukkan ke dalam sebuah kotak sayuran untuk menyembunyikannya dari kejaran pasukan Shen.

Panda kecil itulah, Po, sang jagoan, yang akhirnya ditemukan oleh seorang penjual makanan. Ia dibesarkan oleh pemilik warung tersebut, hingga akhirnya menjadi lambang keberuntungan bagi warungnya. Po, setelah melalui berbagai proses latihan dan rintangan, akhirnya berhasil menjadi “Pendekar Naga” (The Dragon Warrior) yang bertugas melindungi masyarakat dari berbagai kejahatan di muka bumi.

Atas tindakannya memusnahkan kawanan panda inilah, Shen muda akhirnya diusir dari kerajaan. Ayah dan ibunya akhirnya jatuh sakit memikirkan anaknya, dan akhirnya meninggal dunia. Shen tidak tahu bahwa ayah dan ibunya telah meninggal, dan kerajaan dipimpin oleh orang lain. Shen muda keluar dari kerajaan dengan amarah yang luar biasa. Ia sangat membenci orang tuanya yang juga dianggapnya tidak sayang kepadanya. Iapun bertekad semakin besar untuk mewujudkan cita-citanya menguasai daratan China, sekaligus membuktikan kepada kedua orang tuanya bahwa adalah kesalahan besar dengan mengusir anaknya.

Shen mengembangkan persenjataan meriam dengan sangat serius. Shen, yang dalam cerita itu adalah seekor burung merak, mengumpulkan pasukan serigala untuk membangun industri persenjataannya. Pasukan srigala ini diperintahkan untuk melakukan perampasan terhadap semua logam yang ada di dalam negeri untuk membuat kapal-kapal dan senjata sebagai persiapan melakukan penyerbuan ke seluruh daratan China. Dan akhirnya, setelah beberapa tahun membangun pasukan militernya, Shen merasa bahwa ia telah cukup kuat dan siap untuk menaklukkan China.

Kembalilah ia ke kerajaan. Pasukan kerajaan waktu itu sangat kuat, dengan penguasaan kungfu yang mumpuni. Mereka dipimpin oleh “Master Kerbau” dan “Master Buaya” yang hampir tiada tanding, karena bisa menahan pukulan dari jurus apapun saat itu. Shen, si burung merak yang mestinya lemah lembut, tetapi telah berubah menjadi keras ini akhirnya datang menantang mereka. Kedua master kungfu ini dengan tenang meladeni tantangan Shen karena yakin bahwa kungfu mereka akan mampu mengalahkannya.

Tetapi apa lacur, kata Shen: “Bukan aku yang akan engkau lawan, tetapi ini”, sambil menunjukkan meriam buatannya yang siap diledakkan. Sepandai-pandai kemampuan kungfu seseorang, dan sekuat-kuatnya tenaga yang dimiliki, tidaklah mampu menahan senjata meriam. Dan bummmm, dengan mudah pasukan kerajaan dikalahkan. Shen, dengan gagah akhirnya menduduki singgasananya dan berniat menyiapkan serangan ke seluruh daratan China.

Di sinilah peran Po, si Kungfu Panda mulai diperlukan. Tugasnya adalah bagaimana menyelamatkan dunia, termasuk daratan China, agar tidak jatuh ke tangan raja yang zalim dan tidak adil. Apalagi, tujuan Shen tidak hanya menguasai China, tetapi dengan persenjataan yang dimiliki, ia memproklamirkan bahwa kungfu telah mati. Senjata-lah sekarang ini yang berkuasa. Tugas Po dan kawan-kawan sungguh tidak mudah, tetapi itulah yang harus dihadapi.

Po, si Pendekar Panda, adalah pendekar muda yang masih perlu banyak latihan. Setelah latihan berbagai teknik dan jurus kungfu, salah satu latihan yang harus dilewati oleh Po, dan keterampilan ini menjadi salah satu level keterampilan tertinggi, adalah latihan mengendalikan diri. Guru Shifu (diisi suaranya secara apik oleh Dustin Hoffman), mengajarkan kepada Shen, bahwa salah satu level kemampuan tertinggi seorang master kungfu adalah saat ia bisa menemukan “kedamaian jiwa” (inner peace) dalam dirinya. Saat seseorang mampu menemukan kedamaian jiwa ini, maka ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Tidak ada lagi batas ataupun rintangan yang mampu menghalanginya.

Untuk bisa menemukan kedamaian jiwa ini tidaklah mudah. Ada yang mesti bertapa bertahun-tahun, menyendiri di suatu tempat, menyerap energi yang ada di tempat itu, hingga ia menemukan dirinya yang sejati. Bahkan, saat orang sudah bertahun-tahun melakukan proses pencarian ini, terkadang iapun belum menemukan jati dirinya.

Saya jadi teringat, bagaimana seorang kawan saya di Jogja, sebut saja Rozi (bukan nama sebenarnya), melakukan tradisi kungkum (berendam) dari satu mata air ke mata air lain, bahkan terkadang berhari-hari di suatu tempat, untuk bisa menemukan inner peace semacam ini. Atau sebut juga Masduq (juga bukan nama sebenarnya), berdoa dari satu kuburan ke kuburan lain, juga untuk bisa menemukan inner peace dalam dirinya.

Jika melihat sejarah, tradisi Nabi Muhammad SAW melakukan “khalwat” (menyendiri) di Gua Hira, terutama di malam hari, juga dalam upaya membersihkan diri dan jiwanya. Juga tradisi wali dan tokoh-tokoh sufi yang berdzikir khusyu di berbagai tempat terpencil, salah satunya adalah untuk penyucian diri dan penemuan inner peace ini.

Artinya, alam ini memang menyediakan energi yang bisa kita serap dalam upaya melihat diri sendiri secara lebih jernih. Dalam tradisi Islam, agama mengajarkan agar sepertiga malam kita diisi dengan berbagai ritual ibadah yang bisa mendekatkan diri pada Tuhan. Shalat malam, berdzikir, membaca Qur’an, dan berbagai ritual ibadah lain sesuai dengan keyakinan kita.

Karena itulah, orang-orang yang sering melakukan shalat malam, akan selalu terlihat berbeda dibandingkan dengan orang-orang yang tidak melakukannya. Ada aura yang menyejukkan, dan saat bertemu dengannya, terasa energi positif yang selalu mengalir. Ia menyerap tidak hanya energi malam hari yang penuh rahmat, tetapi jiwanya terisi dengan energi Tuhan yang selalu melimpah untuk hamba-Nya.

Kembali ke sang Pendekar Naga, Po si kungfu panda. Pada awalnya, Po juga tidak mampu menahan senjata meriam ini, bahkan, sekalipun oleh Master Kungfu Tigress (Diisi suaranya secara seksi, tapi tegas oleh Angelina Jolie). Master Tigress, adalah pendekar macan wanita yang 20 tahun berlatih dengan memukul pohon kayu besi (perannya mengingatkan saya pada peran Jolie sebagai Lara Croft di film Tomb Raider), yang tentu saja memiliki pukulan dan tahan terhadap berbagi jenis serangan. Semua jurus kungfu hampir tidak bisa menahan senjata meriam ini. Demikian juga Po, sang pendekar, akhirnya jatuh pingsan terkena tembakan meriam.

[caption id="attachment_127621" align="aligncenter" width="287" caption="Master TIgress, diisi suaranya secara apik oleh ANgelina Jolie"][/caption]

Pendekar Po terombang-ambing di aliran sungai, antara hidup dan mati. Justru di saat itulah, ia mulai bisa belajar di alam bawah sadarnya untuk bisa mengendalikan diri dan membersihkan jiwanya. Saat bertempur melawan Shen, ia selalu terbawa masa lalunya, dan dirinya dipenuhi dendam kepada orang tuanya, karena ia merasa bahwa orang tuanya membuang dirinya. Ia tidak tahu, bahwa orang tuanya begitu sayang kepadanya. Mereka menyembunyikannya di kotak sayuran justru untuk menyelamatkannya dari kejaran pasukan Shen yang akan memusnahkan mereka.

Dendam akan masa lalu itulah yang terus menghantui hidupnya. Perasaannya tidak pernah lepas dari dendam tersebut, dan selalu terbawa-bawa setiap ia akan bertempur atau melakukan aktivitas. Perasaan dendam akan masa lalu itulah yang akhirnya menjadi kelemahan dirinya, menghalanginya untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.

Pendekar Po ditemukan oleh peramal kerajaan yang bijaksana di tepian hutan. Peramal itupun mengobati luka-luka Po, sekaligus menasehatinya untuk bisa keluar dari masa lalunya. Apa yang ia katakan: “Jangan dilawan, biarkan ia mengalir” (Don’t fight, let it flows). Pendekar Po memang mulai berlatih dengan alam untuk menemukan kedamaian dalam dirinya. Ia melatih pikiran dan perasaannya, membiarkannya mengalir bersama nafas dan gerakan tubuhnya. Dendam itu lama kelamaan mulai mengalir, perasaan sakit hati itupun luruh bersama penerimaan dirinya secara total terhadap alam dan kehidupan yang telah ia terima. Ia menjadi ikhlas dalam hidup, menemukan kembali kedamaian dalam dirinya. Ia belajar, bagaimana mengalirkan embun, menjadi sebuah lingkaran air yang tidak pecah ketika terjatuh, dan kemudian mengalirkannya di antara dedaunan. Ia belajar menyerap energi alam, dan mengendalikannya sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Justru dari situlah titik balik kehidupannya dimulai. Dengan kedamaian diri yang ia punyai sekarang, seperti dikatakan gurunya, Master Shifu, ia bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Iapun kembali menantang Shen yang sudah siap dengan kapal-kapalnya untuk menyerbu daratan China. Sekali ia ditembakkan meriam, ia memang terapung-apung, di lautan, hanya bersandar pada serpihan kayu yang porak poranda terkena meriam.

Tetapi, dengan ilmu pengendalian diri yang sudah mulai dikuasainya, Po akhirnya bisa menguasai energi yang dikeluarkan oleh senjata meriam pasukan Shen. Peluru api yang keluar dari meriam itu bisa dihindarinya dengan baik. Bahkan, akhirnya ia mampu menguasainya, dan membalikkan peluru-peluru tersebut ke arah kapal-kapal pasukan Shen yang siap berangkat. Shen semakin beringas, dan semakin ia memerintahkan pasukannya untuk memuntahkan peluru ke Pendekar Po. Pendekar Po, dengan pengendalian diri yang dimiliki, akhirnya berhasil membalikkan peluru-peluru tersebut, dan menghancurkan pasukan Shen.

Bagi saya, film ini menarik tidak hanya karena garapan animasi yang semakin halus dan berbagai efek spesial yang menyertainya. Tetapi, film kungfu animasi ini mengajarkan banyak hal agar kita bisa mengendalikan diri dan menemukan kedamaian dalam jiwa kita.

Tentu saja, Ramadan ini bisa menjadi sarana yang baik buat membersihkan jiwa dan mengendalikan diri. Kalau itu bisa kita lakukan, kita bisa menjadi apa saja, atau mencapai apapun yang kita inginkan. Karena seringkali, hambatan dan rintangan itu bukan berasal dari luar diri kita, tetapi lebih banyak berasal dari dalam diri kita sendiri.

Salam Man Jadda Wajada

Penulis buku-buku motivasi:

  1. Man Jadda Wajada: The Art of Excellent Life (Jakarta: Gramedia, 2010)
  2. Man Jadda Wajada2: Buka Pintu-PIntu Keberhasilan Anda (Jakarta: Gramedia, 2011)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun