Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Legitnya Nasi Jamblang Cirebon

25 Juni 2010   09:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Nasi jamblang, khasnya ya bungkus daun jati ini Adalah sebuah desa di kawasan Kabupaten Cirebon. Desa ini seperti desa lainnya, tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Yang membedakan adalah geliat ekonomi yang kemudian menjadi salah satu basis pengembangan ekonomi masyarakat di hampir seluruh desa Jamblang. Geliat ekonomi itu berdasarkan sebuah “keterampilan bersama” yang merata di hampir keseluruhan warga desa di sana: “memasak NASI JAMBLANG”. Nasi Jamblang adalah makanan khas dari daerah Cirebon yang sangat terkenal. Nasinya sendiri sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan nasi di daerah lain. Ciri khas yang menonjol dari nasi ini adalah nasi ini dibungkus daun jati yang memang pohonnya bertebaran di sekitar hutan di kawasan Cirebon. Dengan aroma dan rasa yang khas, jadilah nasi jamblang mempunyai keunikan yang tidak ditemukan pada nasi yang lain. Selain itu, sebenarnya yang menjadi daya tarik dari nasi jamblang adalah lauk pauknya yang demikian banyak. Puluhan lauk pauk mulai dari sayur, telur, daging, dan berbagai gorengan tersaji ddengan pilihan yang sangat variatif. Kurang lebih sekitar 20 lauk pauk tersedia sebagai pilihan sesuai dengan selera masing-masing orang. Lauk nasi Jamblang banyak banget, sampe susah milihnya Variasi lauk pauk inilah yang juga menjadi kekuatan nasi jamblang sehingga menjadi pilihan bagi banyak orang untuk datang dan datang lagi ke tempat tersebut. Karena memang, variasi makanan inilah yang membuat orang tidak bosan dengan lauk pauk yang ada. Dengan berbagai kekhasan itulah, nasi jamblang terkenal tidak hanya di kalangan para pengunjung yang datang ke Cirebon, tetapi sudah menjadi makanan sehari-hari justru oleh masyarakat Cirebon sendiri. Makan nasi jamblang sudah menjadi pilihan budaya bagi masyarakat Cirebon bagi yang ingin makan di luar. Dengan demikian, budaya makan nasi jamblang ini yang sudah memasyarakat pada akhirnya menumbuhkan kelompok konsumen yang sangat luas bagi nasi jamblang itu sendiri. Dan pada akhirnya, tentu saja menumbuhkan ekonomi yang merata mulai dari pembuat nasi, tukang masak, tukang “delivery”, hingga para pedagang yang menjajakan nasi. Lingkaran rezeki itu tentu saja dimulai dari para pembuat nasi dan juga investor yang membiayai proses masak memasak nasi Jamblang ini. Mayoritas mereka memang berada di Desa Jamblang. Karena konsumen nasi jamblang ini hampir 24 jam, maka setiap rumah memasak dan menyediakan nasi jamblang untuk beberapa waktu yang berbeda. Dari mereka, ada yang menyiapkan nasi dan lauk dari jam 4 pagi untuk persiapan sarapan. Ada juga yang menyiapkan jam 10 pagi untuk makan siang. Untuk makan malam, disediakan pukul 4 sore. Dan uniknya, di malam hari bisa beberapa “shift” warung yang buka hingga pagi, jadi mereka juga menyiapkan dari jam 8, 10, hingga jam 12 malam. Nasi Jamblang dibikin home industri oleh masyarakat ds Jamblang Lingkaran rezeki kedua tentu saja jatuh pada tukang masak yang membantu memasak nasi dan lauk pauknya. Bayangkan berapa banyak tukang masak yang dibutuhkan jika kebutuhan akan nasi jamblang tersebut berlangsung selama hampir 24 jam. Lingkaran rezeki selanjutnya tentu saja adalah para pedagang yang membuka warung-warung nasi jamblang di berbagai tempat di kota Cirebon. Mereka buka warung rata-rata 4-5 jam setiap hari, kecuali beberapa tempat yang memang penuh setiap saat. Ada yang buka di pagi hari, ada yang siang hari, dan ada juga yang buka hanya malam hari. Para pedagang warung ini kebanyakan tidak memasak sendiri nasi jamblang dan lauk pauknya. Mereka bekerja sama dengan para penyedia nasi dan lauk pauk ini sehingga masing-masing mendapatkan keuntungan yang terbagi menjadi beberapa pihak. Satu dua jam sebelum buka, mereka akan mendapatkan kiriman nasi dan lauk yang sudah matang. Mereka membagi-bagi lauk tersebut ke dalam piring-piring dan menatanya dengan rapi di meja. Para pengunjung diberikan nasi, dan kemudian tinggal memilih sendiri lauk mana yang akan dimakan. Menariknya, terkadang di satu tempat terdapat beberapa warung nasi jamblang yang menawarkan makanan yang hampir sama. Mereka saling menghargai karena memang dari pengamatan sekilas, masing-masing warung memiliki pelanggan sendiri. Bapak ibu penjual nasi jamblang, buka warungnya tidak serentak, ada yang pagi, siang, sore, malam, ataupun dini hari. Dengan pola penjualan semacam itu, membuat lingkaran rezeki terus mengalir di beberapa pihak, dan menciptakan keadaan saling menguntungkan antara satu dengan yang lain. Para pembuat nasi mendapatkan keuntungan yang bisa dibagi untuk tukang masak, para pedagang juga tidak perlu terlebih dahulu menyiapkan modal besar untuk berjualan, tetapi tetap mendapatkan keuntungan. Sebuah pola kerjasama yang sangat menarik, saya membayangkan jika setiap desa di Indonesia memiliki model kerjasama semacam ini, tentu pengembangan ekonomi masyarakat akan lebih bisa dipercepat. Hal ini bisa dimulai dengan mencari keunggulan bersaing setiap desa, tentu saja tidak harus makanan, bisa menjadi sentra buah-buahan, kerajinan, industri kreatif, atau apapun juga yang mempunyai keunggulan dan keunikan masing-masing. Setelah itu, bagaimana mengembangkan keunggulan tersebut bisa dijual baik kepada konsumen lokal ataupun para pendatang. Bagi kita sebagai pribadi-pribadi, alangkah baiknya karena kita berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, mulai memikirkan keunggulan dan produk yang bisa kita kembangkan di daerah kita masing-masing. Mungkin, pemikiran kreatif kita bisa membantu mengembangkan desa kelahiran kita masing-masing…. Sukses buat Anda semua, Salam Man Jadda Wajada. AKBAR ZAINUDIN Penulis buku motivasi Best Seller: “Man Jadda Wajada: The Art Of Excellence Life”, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2010. Email: akbar.zainudin@gmail.com Facebook: Akbar Zainudin Twitter: @akbarzainudin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun