Jurang ini paling mudah dijembatani oleh inovasi berkelanjutan yang dapat meminimalkan gangguan terhadap konsumen. RI keempat bertopang pada RI ketiga, dengan ciri transformasi yang berbeda dari revolusi sebelumnya. RI keempat bahkan menjadi fokus utama perdebatan pada Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum, WEF) pada tanggal 2013 Januari 2016 di Davos, Swiss.Â
Setidaknya ada tiga hal yang membedakan RI keempat dibanding RI sebelumnya. Tiga hal tersebut menjadi alasan mengapa transformasi yang terjadi saat ini bukan merupakan suatu perpanjangan revolusi digital, namun lebih merupakan suatu revolusi transformasi baru.Â
Pertama, inovasi dapat dikembangkan dan menyebar jauh lebih cepat dari sebelumnya. Kecepatan terjadinya terobosan-terobosan baru pada era ini terjadi pada skala eksponensial dan bukan lagi pada skala linear.Â
Kedua, penurunan biaya produksi marjinal dan munculnya platform yang dapat menyatukan dan mengkonsentrasikan beberapa bidang keilmuan terbukti meningkatkan output pekerjaan.Â
Transformasi ini mengakibatkan perubahan dengan ruang lingkup yang begitu luas sehingga menyebabkan perubahan pada seluruh sistem produksi, manajemen, maupun tata kelola.Â
Ketiga, revolusi secara global ini akan berpengaruh besar dan terbentuk di hampir semua negara di dunia, di mana cakupan transformasi ini terjadi pada setiap bidang industri, dan bahkan akan mempunyai dampak menyeluruh pada level sistem di banyak tempat.
Akibatnya, RI keempat mempunyai potensi untuk memberdayakan individu dan masyarakat, karena ia dapat menciptakan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun pengembangan pribadi. Tetapi ia juga bisa menyebabkan pengkerdilan dan marjinalisasi beberapa kelompok, memperburuk ketimpangan sosial, menciptakan risiko keamanan yang baru, serta dapat merusak hubungan antar manusia.Â
Jika kita hendak merebut peluang dan menghindari perangkap RI keempat ini, kita harus mempertimbangkan pertanyaan yang ditimbulkannya dengan hati-hati. Kita harus memikirkan kembali ide-ide tentang pembangunan ekonomi dan sosial, penciptaan nilai, privasi dan kepemilikan, dan bahkan identitas individu. Contoh yang paling baik adalah suatu teknologi yang dikembangkan baru-baru ini bernama clustered regularly interspaced short palindromic repeat (CRISPR) / CRISPR-associated protein (Cas) 9 system, yang telah berkembang pesat hanya dalam waktu yang sangat singkat, akan dijelaskan pada bagian lain dalam paper ini.Â
Teknologi untuk mengedit genom ini dapat diterapkan untuk biologi sintetis, skrining genom fungsional, modulasi transkripsi, dan terapi gen. Ini adalah suatu contoh di mana sebagai suatu teknologi baru yang terjadi pada permulaan RI keempat ini harus menjawab secara gamblang pertanyaan moral dan etika yang muncul sebagai respons terhadap penelitian mutakhir bidang bioteknologi yang akan memungkinkan perpanjangan masa hidup manusia secara signifikan, "merancang" bayi, maupun ekstraksi ingatan manusia.Â
Bahkan, skala tantangannya tidak dapat dianggap remeh. RI keempat dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar pada fitrah manusia dan berujung pada pertanyaan filosofis mengenai eksistensi dan nilai manusia secara hakiki - dan ini bahkan terjadi lebih cepat dari yang dapat dibayangkan sebelumnya. Tentunya, teknologi bukan merupakan kekuatan besar tersendiri yang tidak dapat kita kontrol. Kita tidak dibatasi oleh pilihan dasar antara menerima atau menolak.
Sebaliknya, setiap keputusan yang kita ambil setiap hari sebagai penduduk, konsumen, maupun investor justru memajukan teknologi. Semakin kita berpikir tentang keputusan-keputusan itu, semakin kita mempertanyakan model sosial yang berlaku saat ini, semakin baik kesempatan kita untuk membentuk suatu transformasi yang memungkinkan tercapainya tujuan kita bersama serta menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kemanusiaan.Â