Mohon tunggu...
akbar revi
akbar revi Mohon Tunggu... Freelancer Writer -

From Freelancer Writer to Professional Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hanya Kepentingan Yang Abadi

14 November 2015   22:15 Diperbarui: 14 November 2015   22:25 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam kehidupan ini, banyak adagium yang dibuat oleh para penyair atau siapapun itu yang terjadi ataupun berlaku. Salah satunya yang saya peroleh ketika di dalam proses pembelajaran kerjasama internasional, yaitu “Tak ada kawan abadi, tak ada lawan abadi, hanya ada kepentingan abadi”. Adagium ini kalau dilihat dari sisi nilai persahabatan mungkin merupakan hal yang salah atau lebih mengarah kearah pengkhianatan. Tapi begitulah hidup, adagium ini tetaplah berlaku, baik dalam tingkat individu hingga tingkat pemerintahan.

Jika ditinjau lebih lagi, manusia melakukan sesuatu kegiatan apapun itu pastilah memiliki sebuah tujuan atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai terkadang tidak dapat diraih oleh diri sendiri melainkan membutuhkan bantuan orang lain. Disaat posisi seperti inilah, adagium ini berlaku, suka tidak suka, mau tidak mau, kita akan (mau) bekerjasama dengan “orang lain” untuk mencapai tujuan kita.

Didalam kerjasama tersebut pastilah mengandung nilai sama-sama memiliki kepentingan yang hendak dicapai. Adagium ini pun mengingatkan saya tentang film yang baru selesai saya tonton yaitu “The Man From U.N.C.L.E”.

Film ini menunjukkan kerjasama antara agen CIA (AS) dan agen KGB (Rusia) dalam mencegah dan mengambil data tentang adanya bom uranium yang mana negara yang mempunyai akan menjadi negara yang powerful. Didalam film tersebut, antara CIA dan KGB sepakat untuk bekerja sama untuk menyelesaikan misi untuk mengamankan bom uranium tersebut. Faktanya antara AS dan Rusia merupakan dua seteru abadi, akan tetapi sudi tak sudi mereka pun bekerjasama hingga selasainya misi mereka.

Begitu panjang perjalanan dua agen ini, mulai dari saling berantam hingga bekerjasama. Saat selesai misinya, data dari bom tersebutlah yang sama-sama diinginkan oleh dua negara superpower untuk menjadi negara yang memimpin dunia. Saat agen CIA memperoleh datanya, agen KGB tersebut mendapatkan perintah untuk mengambil datanya bahkan membunuh jika itu dirasa perlu. Perebutan data bom uraniumpun tidak terelakkan demi menguasai dunia.

Dilihat dari kejadian diatas, memang tidak salah bahwa adagium “Tak ada kawan abadi, tak ada lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi” berlaku disemua tingkatan kehidupan. Contoh diatas berguna untuk moral kehidupan kita walaupun itu hanya di film, akan tetapi di dunia nyata pun itu tetaplah berlaku. Moral kehidupan untuk kita (individu) yang dapat dipetik dari adagium tersebut yaitu jangan pernah menganggap bahwa orang lain itu musuh tapi anggaplah mereka yang tidak mempunyai kepentingan sebagai kawan karena memang selayaknya kita selaku makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri apalagi mempunyai “musuh”.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun