Tolak ukur kebahagiaan bukanlah banyaknya harta, mewahnya kendaraan, megahnya rumah. Karena banyak orang yang hartanya melimpah, kendaraannya mewah, rumahnya megah, tapi hidupnya tak bahagia. Otaknya dipenuhi hawa nafsu dan pikiran bagaimana caranya agar dapat terus menaikkan pendapatan. Alih-alih mencapai targetnya, ia malah stress, karena tak mampu mencapai target, ia pun memilih lari mencari hiburan melalui obat-obatan, minum-minuman, dan hiburan malam yang dikira dapat menunjang kepulihan pikirannya.
Tolak ukur kebahagiaan bukanlah banyaknya harta. Karena banyak orang yang terlihat tak kuat dalam finansial, tapi hidupnya dipenuhi rasa syukur, senyum yang selalu tersungging di setiap harinya, rasa sabar dan merasa cukup yang selalu mewarnai hidupnya.
Perbedaan mencolok antara kelebihan lahiriah dan batiniah adalah; lahiriah bersifat temporer, sementara batiniah bersifat panjang dan terus-menerus diperbarui, lahiriah cenderung melalaikan, sementara batiniah menguatkan, lahiriah membutakan, batiniah mencerahkan.
Mari kita pratikkan sama-sama teori diatas. Mungkin saya dan Anda sama-sama mengiyakan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kekayaan batiniah yang kita miliki, namun kiranya selalu sulit memperkaya kekayaan batin. Mari kita maknai hidup ini, jangan sampai mata hati kita terbutakan untuk mengejar kekayaan lahiriah, sehingga lupa bahwa yang jauh lebih penting ialah memperkaya kekuatan dan kekayaan batiniah.