Mohon tunggu...
akbarkompasiana1
akbarkompasiana1 Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi mendesign bangunan eksterior maupun interior

Selanjutnya

Tutup

Analisis

hambatan penerapan bangunan hijau pada hunian redensial

12 Desember 2024   23:35 Diperbarui: 12 Desember 2024   23:26 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hambatan Penerapan Bangunan Hijau pada Hunian Residensial

Jakarta, 12 Desember 2024 — Konsep bangunan hijau atau green building semakin mendapat perhatian global sebagai solusi mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari sektor konstruksi. Namun, implementasi konsep ini pada bangunan residensial di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Siklus: Jurnal Teknik Sipil (Vol. 10, No. 2, 2024), hambatan utama berasal dari lima faktor besar: tingginya biaya investasi awal, kurangnya insentif pemerintah, minimnya pengetahuan masyarakat, keterbatasan kontraktor berpengalaman, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan.

Biaya dan Insentif
Biaya investasi awal yang lebih tinggi menjadi salah satu penghalang utama. Konsumen enggan beralih ke bangunan hijau karena biaya konstruksi awal yang mahal. Selain itu, ketidakhadiran insentif pemerintah, seperti subsidi atau pengurangan pajak, turut memperburuk situasi. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura telah membuktikan bahwa insentif fiskal dapat meningkatkan minat konsumen terhadap bangunan hijau.

Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran
Penelitian juga menemukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan terbatas tentang manfaat bangunan hijau. Survei menunjukkan 87,5% responden tidak memahami konsep ini. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat berakibat pada minimnya permintaan hunian ramah lingkungan.

Minimnya Kontraktor Berpengalaman
Selain itu, kurangnya kontraktor yang ahli dan berpengalaman dalam pembangunan hijau menjadi kendala lain. Banyak kontraktor lebih fokus pada keuntungan jangka pendek, sehingga enggan melibatkan diri dalam proyek bangunan hijau yang membutuhkan pengetahuan khusus.

Peran Penting Pemerintah dan Edukasi
Penelitian menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendorong penerapan bangunan hijau. Melalui program edukasi, sosialisasi, dan pemberian insentif, masyarakat diharapkan dapat memahami manfaat besar dari bangunan ramah lingkungan, baik untuk kesehatan maupun penghematan energi jangka panjang.

Penelitian ini menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif bagi lingkungan dan generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun