Amar Ma'ruf nahi munkar: PBB--FPI, dimana perbedaanya?
Pagi ini statement tegas diberikan oleh Prof Yusril Ihza Mahendra, menyikapi beredarnya maklumat yang berisi arahan mundur bagi seluruh anggota FPI yang mencalonkan diri dari Partai Bulan Bintang. Isi Statement Prof Yusril sewarna dengan pernyataan yang ia terima sebelumnya.
Kurang lebih hanya bersisa tiga  bulan sampai menuju pemilihan langsung, artinya sudah 2/3 jalan ditempuh oleh para caleg, sebelum bertemu dengan tanggal 17 April 2019, dengan adanya polemik seperti ini banyak orang memprediksi bahwa Partai Bulan Bintang akan mendapatkan kerugian, benarkah begitu? Saya termasuk yang tidak mau mengaminkan, karena beberapa hal:
Pertama:
Partai Bulan Bintang adalah sebuah institusi Partai Politik yang berbeda dengan institusi Ormas dalam mewujudkan visi--misi nya. Selayaknya sebuah partai yang akan menggunakan agenda Politik sebagai upaya mewujudkan apa yang ingin diperjuangkan.Â
Apa agenda Partai Bulan Bintang? Dalam waktu dekat tentu lolos parlemen, lalu yang tak pernah bisa dilepaskan dari Partai Bulan Bintang ialah agenda  "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang Islami", salah satu buktinya itu dokumen pernyataan sikap Fraksi Bulan Bintang yang bisa saudara lihat di bawah. Bila FPI ingin melakukan amar ma'ruf nahi munkar, maka akan sangat mudah bila PBB menguasai parlemen. That's the logic!
Kedua:
FPI adalah ormas dakwah, pergerakannya adalah pergerakkan dakwah, dalam dakwah yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil. Tak ada kompromi! Benarkah FPI tidak berkompromi? Mari kita lihat siapa saja yang dikatakan kelompok non-penista agama, Partai Berkarya, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera.Â
Sedekat apa arah perjuangan FPI dengan perjuangan Partai besutan Tommy Soeharto? Atau dengan ketua Umum Partai Demokrat, SBY, yang memiliki catatan pada rezimnya memenjarakan HRS? Lalu dengan Gerindra, sekuat apa komitmen keislaman Prabowo yang pernah menjadi aktor utama mengorbitkan Jokowi-Ahok pada Pilkada, cikal bakal muncul nya istilah penista Agama. Untuk PAN dan PKS, saya tidak terlalu mengamati.
Ketiga:
Perhatikan lambang FPI dan PBB, dua-dua nya menggunakan bulan-bintang sebagai simbol, satu bintangnya dibawah bulan, satu lagi sebaliknya. Kembar tapi gak siam.
Secara singkat saya ingin mengatakan, bahwa kerugian dengan adanya polemik antara FPI dan PBB, lalu digembar-gemborkan kemungkinan tidak lolosnya PBB (lagi) ke parlemen, hanya akan menguntungkan mereka-mereka yang tidak menjadikan Islam sebagai pandangan hidup yang lengkap, pandangan hidup yang mengatur segala lini kehidupan, pandangan hidup yang revolusioner, yang mampu mengubah "zulumat ila Nur", pandangan yang bertumpu pada semangat "ad-Dakwah ilaa Allah".
Sebagai bagian dari Partai Bulan Bintang, saya mengajak kepada seluruh Caleg--simpatisan Partai untuk terus saja berbuat dan berusaha, karena bila nilai-nilai Islam belum terwujud dalam kehidupan masyarakat artinya perjuangan belum selesai.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.