Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Dialah Jodohku...

9 Juli 2012   16:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13418568351126115626

Tuhan, Dialah Jodohku...

“Well.. Hari ini hari kelulusan kita. Nanti kamu bakal lanjut studi dimana?”

“kayaknya di SMA Harapan aja Bar.. Tapi gak tau juga.. Tanya Mama dulu.. Lha, kamu sendiri mau lanjut kemana?”

“Hmm.. Aku masih bingung nih. Aku maunya ke SMA favorit itu aja. Aku udah lama mengincarnya dari dulu..”

“Oh gitu.. Good luck aja ya..”

“Iya, Well..”

Sebuah percakapan terakhirku dengan Welly. Hari itu adalah hari terakhir kami bertemu. Hari perpisahan namun kami sama-sama tak sempat berpamitan satu sama lain. Hanya percakapan singkat itu yang aku ingat bersama Welly di depan kelas ketika pengumuman kelulusan. Dan hanya senyuman manisnya saja yang masih terngiang-ngiang dalam ingatan. Karena setelah hari itu kami tak pernah bertemu lagi.

Hubunganku dengan Welly ketika itu hanya sebuah pertemanan biasa. Namun aku melihatnya sebagai sebuah hubungan yang special. Aku melihat cara Welly bertindak didekatku berbeda dengan teman lainnya. Aku yakin Welly pasti memendam perasaan itu padaku. Namun hanya aku dan tuhan yang tahu. Ia pun juga demikian, hanya dia dan tuhan yang tahu perasaannya seperti apa. Karena kami sama-sama belum mengutarakan isi hati.

Aku menjalani hari-hariku hampa tanpa kehadirannya disisiku. Aku sering memikirkannya entah kenapa. Sebegitu kuatkah perasaan ini padanya? Aku tak pernah melirik teman perempuanku ketika di sma ini. Yang aku bayangkan hanya Welly. Dialah belahan hatiku yang hilang. Hilang entah kemana rimbanya. Aku tak bisa menghubunginya. Padahal aku sangat rindu senyuman indahnya.

Ketika itu kami belum mengenal telepon apalagi internet. Jadi tak ada yang bisa dilakukan untuk menjalin hubungan kami kembali.

Memangnya hubungan kami seperti apa sih? Sebenarnya aku tak ingin orang tahu hubungan kami seperti apa. Hanya kami bedua yang bisa merasakannya. Aku suka padanya. Dan aku yakin Welly Juga demikian. Aku tak pernah mencintai gadis selain dirinya. Aku menanti suatu hati nanti untuk mengucapkan langsung dihadapannya. Dan aku yakin Welly juga tak merelakan hatinya disinggahi lelaki lain selain diriku. Semoga anganku ini tak bertepuk sebelah tangan.

***********

Tak terasa hari ini detik-detik yang menegangkan. Hari pengumuman hasil UN. Apakah saya akan lulus? Dan apakah Welly juga akan lulus? Syukurlah aku lulus. Apakah Welly juga lulus UN? Saya yakin ia pasti juga lulus karena aku tahu dia gadis yang pintar.

Teman lamaku ketika di smp dulu datang ke sma kami. Mungkin hanya mampir biasa karena tahu aku sekolah disana. Selain menemuiku ia juga menemui teman satu angkatan lainnya yang sama-sama sekolah disana.

“Sob.. Gimana kabarnya?”

“Baik.. Kamu gimana?”

“Juga baik.. Gimana lulus gak?”

“Lulus dong.. Kamu?”

“Pasti.. Hehehe..”

“Kita kan udah lama gak berjumpa nih, kamu sebenarnya sekolah dimana sih?”

“Aku sekolah di sma harapan”

“SMA harapan?!!!” Aku terkejut setengah jantungan.

“Iya. Kenapa sob?”

“Ada gak teman kita satu angkatan lainnya yang juga sekolah disana?”

“Ada..”

“Siapa?!!!” Bentakku.

“Welly.. Kamu masih ingat kan rupanya seperti apa?”

“Iya. Aku bisa minta nomornya gak?”

“Hmm.. Ada gak ya? Oh ternyata ada nih..”

Aku pun berhasil mendapatkan nomor hape Welly. Tak ku sangka ternyata sahabatku juga studi di sekolah yang sama dengan Welly. Untunglah ia punya nomornya Welly. Yes!!!

Apa yang akan aku rencanakan? Ya.. sudah pasti ketebak… aku akan menghubunginya. Malam itu sehabis shalat isya aku mencoba menghubungi nomor Welly.

“Hallo..?”

“Iya.. Siapa disana?”

“Akbar.. Kamu welly kan?”

“Iya.. Kamu akbar yang mana ya? Mendengar pertanyaan itu hatiku sempat deg-degan.

“Akbar pitopang..”

“Hah? Kamu bar? Kemana aja?”

“hmm… aku juga harusnya Tanya kamu, kamu kemana aja?”

“Aku gak kemana-mana kok. Disini aja.. Hihihii..”

“Dasar.. Bisanya bikin aku rindu setengah mati aja..”

“Kamu sekarang ada dimana?”

“Aku ada di kamarku. Hihihii..”

“Ih.. Ngeselin.. (*&&^%#@%^&*&*&*^%^$^$^%) sepertinya ada suara-suara didekat welly. Mungkin temannya. Dan kami pun menutup percakapan malam itu.

**********

setelah panggilan singkat malam itu aku tak pernah lagi menghubungi welly. Welly juga sama. ketika aku mencoba menghubunginya ke nomor itu, ternyata sudah tak bisa dihubungi lagi. mungkin nomornya sudah tidak aktif. duh… padahal aku belum sempat menceritakan isi hatiku padanya.. Welly.. Ada apa gerangan disana?

Aku tak pernah lagi mencoba menghubunginya. Namun aku tetap masih memikirkannya. Banyangannya tak pernah hilang dalam ingatan ini. Namun kehidupanku terus berlanjut. Kesibukanku kadang membuatku lupa untuk membayangkannya.

Aku melanjutkan studiku di perguruan tinggi. Aku mencoba menjadi sosok yang sesungguhnya yang diimpikan orang tuaku. Dan tentunya ada motivasi tersendiri dibalik itu semua. Apalagi kalau bukan sosok Welly yang membayang-bayangiku.

**********

aku telah berhasil meraih gelar dengan lulus cume laude. semua perjuanganku tak sia-sia. tak lama setelah itu tuhan memberiku rizki-Nya. aku langsung diterima bekerja. mama juga senang mendapati keberhasilanku ini.

Suatu ketika mama menanyakan sebuah pertanyaan serius padaku.

“Bar.. Mama mau tanya..”

“Tanya apa ma?”

“Apa kamu tak sempat memikirkan masa depanmu?”

“Pasti dong ma.. Bukinya aku sudah mapan seperti saat ini”

“Yang mama maksud bukan itu, nak..”

“Lalu apa ma?” Aku menjadi sedikit penasaran.

“Kamu kapan mau nikah?”

“Hmm.. Aduh kok nanya gitu sih ma?”

“Ini penting. Karena menyangkut masa depanmu selanjutnya. Apa kamu sudah punya calon? Kalo tidak biar mama yang carikan..”

“Sudah ada ma.. Mama tenang saja..”

“Baguslah jika demikian.. Mama akan tunggu kabar dari kamu selanjutnya..”

“Baik ma..”

**********

Aduh mama sudah tak sabar melihatku bersanding di pelaminan bersama dengan istriku tercinta. Siapa yang akan menjadi istriku ya? Banyangan Welly langsung datang menyergap. Ya.. Welly pasti akan menjadi istriku. Namun dimanakah Welly berapa saat ini?

Aku sibuk mencari keberadaan Welly. Aku mencari informasi kesana kemari. Oh iya.. Sahabatku pasti tahu rumah Welly dimana. Aku pun langsung bertolak menuju rumah sahabatku.

“prim, kamu tahu alamat Welly?”

“Tahu.. Emang ada apa?”

“Gada apa-apa.. Aku hanya ingin menemuinya saja. Ada sesuatu hal yang akan aku sampaikan padanya..”

“Bolehkah aku tahu?”

“Nanti kamu juga akan tahu dengan sendirinya..”

“Okelah kalo begitu.. Ini alamatnya..”

Alamat Welly berhasil aku dapatkan. Betapa bahagianya hati ini. Ternyata tuhan meridhoi langkahku. Tuhan selalu memudahkan urusanku. Terbukti dengan niatanku untuk menemui Welly. Seakan tuhan telah merestui hubungan kami bedua. Tak ada kendala berarti. Semua urusan dilancarkan begitu saja. Namun apakah aku bisa menemukan keberadaan Welly?

Aku langsung mencari alamat yang tertara di kertas yang diberikan sahabatku padaku. Aku sendiri mencari alamatnya. Aku tak ingin orang tahu apa yang akan aku lakukan ini. Biarkan hal ini nantinya menjadi sebuah kejutan untuk mereka semua.

Alamat rumah Welly ternyata tak gampang untuk ditemukan. Masuk simpang dengan jalan yang sempit. Belok kiri lalu belok kanan. Ada banyak persimpangan jalan yang kulalui. Untunglah aku hanya membawa motor jadi bisa melewati itu semua tanpa kendala berarti.

Setelah keluar masuk gang dan persimpangan rumah warga, aku pun menemukan sebuah rumah di tepi sungai. Suasana rumah itu tenang dan asri. Banyak pohon tumbuh di sekitar rumah. Taman kecil di depan rumah dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran seakan bahagian menanti kedatanganku. Angin sejuk berhembus ke arah dada dan wajahku siang itu. Semuanya terasa damai. Aku yakin! Ini pasti rumah yang aku cari.

Aku mengetuk pintu rumah itu. Berharap yang akan menghampiriku sesosok wanita bersenyum indah di balik pintu itu. Tok.. Tok.. Tok.. Aku mengetok pintu dengan sesekali menekan bell. Suara lagkah kaki mengarah kearah pintu. Aku tak sabar berjumpa dengan malaikat yang satu ini.

Ketika pintu dibuka… sesosok wanita tinggi berdiri di bibir pintu. Wajahnya bersih. Kulitnya halus. Tatapan matanya tajam. Dan tentu sebuah senyuman indah menghiasi wajahnya yang berseri. Aduhai…. Diakah sosok yang aku cari?

“Cari siapa ya bang?”

“Mau tanya dulu.. Dimana ya rumahnya Welly?”

“Ada apa ya cari dia?”

“Bukan apa-apa.. Ada keperluan penting dengannya..”

“Silahkan masuk dulu bang.. Abang namanya akbar kan?”

“Oh iya… kok dia tahu namaku..?” Aku sedikit merasa heran kenapa menyuruhku masuk? Hatiku mulai tak tenang.

Aku pun dipersilahkan duduk di ruang tamunya.

“Tadi abang cari siapa?”

“Welly..”

“Mau tau dia ada dimana?”

“Iya.. Sangat ingin tahu..”

“Di depan abang sekarang..”

“Hah? Mana? Kamu?

“…. (Welly hanya tersenyum)”

Darahku berdesir sangat kencang. Ternyata dialah sosok yang aku cari. Akhirnya aku menemukannya. Aku tak mau berlama-lama jangan sampai kesempatan kali itu disia-siakan. Aku harus langsung mengutarakan niatku padanya.

“Well.. Aku mau bertanya satu hal padamu. Bolehkah?”

“Boleh.. Silahkan..”

“Aku mau kamu menjawabnya dengan jujur. Apakah kamu bersedia?”

“Insyaallah..”

“Apa kamu sudah menikah?”

“Suuuu…sudaahhhh…” darahku seakan berhenti mengalir sejenak. Seakan batu besar menimpaku dari atas bukit sana.

“Sudah apa well? Tolong berkata yang sejujurnya..”

“Sudah ada yang mau melamarku. Tapi aku selalu menolaknya..”

“Kenapa?”

“Karena aku menanti seorang pemuda yang akan melamarku..”

“Siapakah orangnya?”

“Hanya aku dan tuhan yang tahu..” Waw.. Itukan..

“Well.. Aku ingin mengutarakan niat kedatanganku.. Aku harus menyampaikan hal ini padamu. Well.. Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Maaf jika perasaan ini baru kali ini aku sampaikan.. Apakah kamu bersedia?”

“Bar.. Aku telah lama menunggu kamu mengatakan kata-kata itu padaku. Kenapa baru hari ini? Aku juga merasa tersiksa karena telah memikirkan dirimu selalu. Aku sempat khawatir kalau saja kamu sudah bersama yang lain..”

“Aku bahagia mendengar ucapanmu, well.. Aku mau menyampaikan pesan ibuku padamu..”

“Apakah itu?”

“Mama sudah tak sabar melihatku bersanding di pelaminan bersama istriku.. Maukah kamu jadi istriku?” Aku menjatuhkan tubuhku ke lantai. Sambil menyodorkan cincin emas kearahnya.

“…….. (welly hanya bisa terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca. Perlahan air matanya jatuh ke membasuh pipinya)

Welly tak menjawab satu kata pun. Ia tak sanggup mengeluarkan satu kata pun dari bibirnya. Air mata mulai mengaliri pipinya. Namun ia hanya menyodorkan jari manisnya padaku. Itu pertanda ia menerima lamaranku.

Seakan langit ini terasa runtuh. Jantungku berdetak sangat kencang. Darahku mengalir sangat deras. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Kebahagian sudah ada di tanganku. Tak lama lagi pesan mama akan menjadi kenyataan. Cincin itu sudah melekat di jari manis welly.

Tuhan.. Dialah jodohku..

(ilustrasi disini)

****************************************************

Ditulis untuk Wedding Party Dua Kompasianer Palembang.

Melalui fiksi ini juga saya mengucapkan selamat berbahagia untuk

Mbak Uli Hape dan Mas Yusep Hendarsyah.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun