Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Terbatasnya Lahan Parkir Sepeda

1 Oktober 2012   12:30 Diperbarui: 23 Juli 2024   12:18 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto Akbar Pitopang)

Tulisan ini adalah merupakan sebuah pengalaman yang langsung saya alami hari ini. Tepatnya saat tadi pagi saya berangkat ke kampus untuk kuliah. Tadi pagi masuknya memang sangat cepat yakni pukul 07.00 WIB. Dari kontrakan saya memang sudah agak mepet dengan jadwal masuk kuliah. Kira-kira saya berangkat sudah jam tujuh kurang lima belas menit. Karena saya khawatir dosennya sudah ada di kelas makanya saya memacu sepeda kesayangan dengan kecepatan yang lumayan kencang. Dengan tujuan agar tidak terlambat tiba di kelas.

Pagi tadi saya lebih memilih melewati gerbang depan kampus tepatnya di depan gedung rektorat. Biasanya jika sedang tidak buru-buru, saya lebih memilih lewat pintu masuk kampus sebelah timur atau di dekat masjid kampus. Saya memutuskan memilih gerbang depan rektorat karena waktu tempuh ke fakultas saya tidak terlalu jauh.

Sepeda ku kayuh mendekati tempat parkiran kendaraan. Pagi tadi itu saya berencara memarkirkan sepeda saya di parkiran sebelah barat fakultas. Biasanya saya lebih suka memarkirkan sepeda di parkiran arah selatan kampus. Karena memang lebih buru-buru takut terlambat makanya saya berencara memarkirkan sepeda saya disana.

Namun sebuah hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya terjadi. Petugas parkiran yang menjaga tempat parkir itu menyuruh saya keluar atau pindah tempat parkir saja.

“di luar!”, kata petugas itu padaku dengan nada yang kurang bersahabat.
“oh, diluar ya mas..”

Saya yang ketika itu shock mendengar ucapan petugas itu langsung memutar arah sepeda saya keluar lahan parkir itu dan menuju ke tempat parkir yang biasa saya tempati. Saya tidak sempat bertanya kepada petugas parkiran itu apa alasannya menyuruh saya keluar. Lagian karena memang saya buru-buru menuju kelas.

Di lahan parkir yang biasa saya tempati itu, saya langsung memarkirkan sepeda saya dengan baik. Mengatur posisinya dengan baik dan tak lupa untuk menguncinya terlebih dahulu. Barulah setelah itu saya bergegas menuju kelas.

Di perjalanan menuju ruang kelas saya terus memikirkan apa yang barusan saya alami. Hati saya merasa tidak enak atau bisa dikatakan agak sedikit sakit hati, kecewa dan kesal pada petugas parkiran itu. Ditambah lagi dengan rasa kekecewaan saya karena dosennya berhalangan hadir karena izin akan berangkat menunaikan ibadah haji. Saya lupa ternyata dosennya tidak hadir dan hanya meninggalkan tugas untuk kami kerjakan. Jika tahu gitu, mending gak usah buru-buru ya berangkatnya.. Hmm..

Kembali saya teringat pada petugas parkiran tadi. Kok bisa-bisanya ya dia berkata seperti itu?

Apa kuasanya melarang saya memarkirkan sepeda di lahan parkir itu? Saya rasa semua warga kampus berhak memarkirkan kendaraannya di lahan parkir yang masih tersedia. Apapun jenis kendaraan yang digunakan baik itu sepeda motor, mobil maupun sepeda sekalipun.

Saya rasa saya tidak melakukan hal yang salah dengan mencoba memarkirkan sepeda saya itu. Di kampus saya memang belum ada disediakan lahan khusus sepeda. Sesuai pengamatan saya memang saya belum pernah menemukan lahan yang disediakan khusus untuk para pesepeda. Yang ada hanyalah lahan parkiran untuk sepeda motor dan mobil. Ada lahan parkiran khusus mahasiswa, dosen atau karyawan. Hanya itu saja. Kebijakan dari kampus untuk mendukung para pesepada sepertinya belum terlihat.

Itu makanya kenapa pesepeda dikampus saya terserah memarkirkan sepedanya dimanapun yang ia suka. Dengan kata lain tentu para pesepeda itu tetap memarkirkan sepedanya di lahan-lahan parkir yang semestinya. Tidak asal parkir sembarangan. Memarkirkannya memang juga masih gabung dengan lahan parkir untuk sepeda motor.

Jumlah pesepada di lingkungan kampus saya rasa memang masih sedikit. Jika dibandingkan dengan jumlah pengendara sepeda motor, jumlah pesepeda tidaklah seberapa. Kira-kira menurut saya perbandingan jumlah antara sepeda dan sepeda motor adalah 1:5. Maka kalikan saja jumlah sepeda motor dengan jumlah mahasiswa yang sudah ribuan.

Mungkin dengan alasan itulah belum ada kerendahan hati pihak kampus untuk menyediakan lahan parkir khusus pesepeda. Dikarenakan jumlah sepeda yang masih sedikit sehingga tidak terlalu membutuhkan lahan untuk parkir. Para pesepada diperbolehkan untuk menempati lahan parkir yang tersedia di lingkungan kampus.

Lahan yang sepertinya saat ini suka diklaim para pesepeda sebagai lahan mereka adalah lahan sebelah barat laboratorium terpadu. Antara fakultas tarbiyah, syari’ah dan saintek saling berdekatan.dan lahan itu biasa digunakan oleh para pesepeda dari ketiga fakultas itu. Dan lahan yang mereka tempati itu sebenarnya belum resmi disediakan untuk para pesepeda. Mungkin karena para pesepeda sudah terbiasa parkir disana saja makanya pengendara sepeda motor harus mengalah.

Karena alasan itulah kenapa saya tadi berencana hendak memarkirkan sepeda saya di lahan parkir yang dijaga petugas yang kurang ramah itu. Biasanya saya juga terserah mau memarkirkan sepeda saya dimana saja di lahan parkir yang ada. Dan biasanya saya tidak menemukan hal yang terasa kurang mengenakkan itu.

Dimanapun di Negara kita ini saya rasa para pesepeda masih harus banyak bersabar. Para pesepeda masih kurang perhatian dan tidak terlalu dipedulikan. Hanya sedikit sekali daerah atau pihak-pihak yang peduli pada pilihan masyarakat yang mau memilih menggunakan sepeda sebagai moda transportasi yang menyehatkan dan go green.

Saran saya untuk pihak kampus maupun di lingkungan lain seperti di kantor-kantor pemerintahan, perusahaan, rumah sakit, dan lain sebagainya itu untuk lebih peduli pada para pesepeda. Sediakan saja lahan seadanya untuk sepeda. Berikanlah sedikit penghargaan untuk para pesepeda. Seharusnya kita berterima kasih pada mereka yang mau menggunakan sepeda. Karena dengan bersepeda tidak menghasilkan polusi sedikitpun. Dengan begitu tentu para pesepeda tidak ikut menyumbang polusi yang dapat merusak udara, lingkungan dan ozon di bumi tempat kita hidup saat ini.

Mungkin ini dulu yang dapat saya bagikan pada teman-teman semua yang saya cintai. Semoga pengalaman ini ada manfaatnya dan bisa kita ambil hikmah dan kita jadikan pembelajaran dan media untuk menjadi sesuatu yang lebih baik.

Pesan saya hanya satu: HARGAILAH PARA PESEPEDA..

Salam untuk para pesepeda dimanapun anda berada.. :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun