Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulitkah Memberdayakan Masyarakat Pinggiran?

10 Juni 2013   16:46 Diperbarui: 28 Juli 2022   12:55 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sabrina Mutiara Putri/Kompas.com)



Di Jogja banyak komunitas dan perkampungan anak jalanan. Mereka biasanya hidup dibawah jembatan layang, di pinggir kali ataupun tidak punya rumah sekalipun. Sehari-hari mereka mencari penghasilan dengan memulung atau mengamen di lampu merah. Mereka itu perlu untuk kita berdayakan. 

Salah satu perkampungan anak jalanan yang kami singgahi beberapa waktu lalu adalah kampung Ledhok di daerah Timoho yang berada di bantaran kali Gajah Wong. Kondisi perkampungan itu sama dengan perkampungan kumuh lainnya. 

Dalam survey kali itu kami berjumpa dengan Mbak Nurul, salah seorang relawan yang ada disana. Mbak Nurul disana mengabdi sebagai guru di PAUD yang dibangun swadaya disana. Mbak Nurul sudah cukup lama berinteraksi dengan perkampungan itu jadi beliau paham tentang perkampungan itu. 

Mbak Nurul mengatakan bahwa selama ini sudah banyak sekali relawan yang melakukan kegiatan pemberdayaan di perkampungan itu. Baik itu relawan dari komunitas, organisasi, maupun dari pihak instansi perguruan tinggi di Jogja yang menugaskan mahasiswanya untuk melakukan KKN disana. 

Namun evaluasi dari banyaknya kegiatan yang sudah terlaksana disana, hasilnya kurang maksimal. Atau dengan kata lain hasil akhir yang ingin dicapai dari program-program yang sudah dilakukan itu kurang tercapai. Hasil akhirnya tidak bisa membekas dalam diri mereka yang diberdayakan. Ketika relawan itu meninggalkan kampung itu maka warga yang selama ini diberdayakan kembali pada kebiasaan awalnya. Kenapa hal itu bisa terjadi?

Penyebabnya karena kurang maksimalnya perhatian dan pendampingan yang diberikan oleh relawan selama ini. Mereka hanya membuat program-program untuk dilaksanakan lantaran sudah sediakan dana untuk itu namun dalam pelaksanaannya mereka kurang dalam melakukan pendampingan. 

Sayang sekali rasanya program-program yang sudah dibuat itu terbuang percuma. Dalam arti hanya sebagai bentuk pelaksanaan tugas tanpa adanya rasa tanggung jawab yang sungguh-sungguh untuk melakukan pemberdayaan. Mereka diberi amanah untuk melakukan program pemberdayaan, dana untuk menyukseskan pelaksanaan program itu sudah disediakan, jika pemberdayaan dan proses pendampingan yang dilakukan kurang serius tentu sangat sia-sia karena hanya buang-buang waktu, tenaga, dan dana semata.

Ibarat kata, program-program yang sudah berjalan tersebut tidak atau kurang mengakomodir apa yang dibutuhkan warga. Akhirnya dari program tersebut warga hanya sebagai partisipan tanpa ada rasa ikut memiliki program tersebut. 

Misalkan program yang sudah pernah berjalan disana adalah memproduksi sabun. Mereka diajarkan bagaimana cara memproduksi sabun hingga proses pemasarannya. Setelah mereka dirasa mampu menjalankan secara mandiri maka mereka ditinggalkan. Mungkin karena dalam memproduksi hingga memasarkan butuh banyak waktu akhirnya mereka menyerah, meninggalkan program yang sudah diajarkan dan kembali pada kebiasaan lama yakni memulung dan mengemis.

Tidak semua warga bisa diberdayakan. Yang dirasa lebih mudah untuk diberikan pelatihan adalah anak-anak usia PAUD hingga SMP. Itu pun yang perempuan, yang laki-laki biasanya lebih sulit untuk diajak ikut program. Karena karakter anak cowok yang keras dan tidak mau diatur. Sedangkan bagi para orang tua atau orang dewasa, mereka harus membagi waktu untuk memulung sampah terlebih dahulu karena itu adalah sumber utama mata pencaharian. 

Apa yang sebenarnya mereka butuhkan? Yang mereka butuhkan tentu sebenarnya banyak sekali. Terutama dari fasilitas fisik yang bisa digunakan oleh warga disana. Saat ini mereka butuh fasilitas perputakaan untuk menampung buku-buku donasi yang berada di PAUD. Sedangkan kebutuhan lainnya adalah fasilitas toilet umum. Ada beberapa toilet umum yang sudah dibangun untuk mereka namun kondisinya sudah kurang layak. Toilet yang masih bisa digunakan dengan baik hanya ada satu.

Hendaknya program-program pemberdayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat seperti itu adalah program yang cepat menghasilkan pundi-pundi uang. Karakter mereka sebagai pemulung dan pengamen memang menjadikan mereka lebih memprioritaskan hal-hal yang cepat mendatangkan uang untuk mereka.

Namun walau demikian, relawan sejatinya musti mengajak dan mengubah pola pikir mereka selama ini. Rubah watak dan kebiasaan mereka yang suka mengantungkan nasib kepada orang lain dengan sikap kemandirian. 

Berhasil atau tidaknya sebuah program pemberdayaan masyarakat tersebut bisa dipengaruhi oleh serius atau tidaknya proses pendampingan yang dilakukan oleh para relawan. Didukung dengan niat dan motivasi dari orang yang diberdayakan untuk maju dan berubah menjadi lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun