Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pendidikan Multikultural Sebagai Solusi Konflik

2 November 2012   03:16 Diperbarui: 12 November 2022   21:22 7658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi multikultural (via img.okeinfo.net)


Seperti yang kita ketahui bersama, pendidikan multikultural merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.

Bangsa Indonesia yang memiliki berbagai macam perbedaan dalah hal budaya seperti bahasa, adat istiadat, suku, dan lain sebagainya, merupakan suatu keadaan sosial yang sangat rawan terhadap munculnya suatu konflik. Seperti konflik yang pernah terjadi di Ambon, Poso dan baru-baru ini terjadi lagi di Lampung. 

Maka dengan adanya pendidikan multikultural ini diharapkan mampu meredam konflik yang ada di bangsa yang majemuk seperti Indonesia, sesuai dengan tujuan pendidikan multikultural yaitu untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan empati pada masyarakat terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.

Bagaimana mengaplikasi pendidikan multikultural ini kepada masyarakat? Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita pisahkan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Pendidikan multikultural di sekolah. 
    Disini siswa diberikan pelajaran mengenai tatakrama, toleransi atau menghargai antar sesama, berlaku adil, dan sebagainya sehingga siswa mampu memahami bahwa setiap perbedaan tidak perlu dipertentangkan. Siswa mampu memahami dan melaksanakan sikap toleransi didalam masyarakat sehingga diharapkan dapat mencegah timbulnya konflik. 
  2. Pendidikan Multikultural diluar sekolah. Ajaran Islam dan ajaran agama lain menolak segala bentuk konflik apalagi konflik yang berhubungan dengan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar kelompok). Peran publik figur di masyarakat sangat berpengaruh dalam memberikan pendidikan multikultural ini. Para public figurmusti memberikan pencerahan lewat media seperti televisi, radio, dan lain-lain, sehingga masyarakat mengerti bahwa saling menghargai sangat penting untuk ditegakkan. Saling menghargai yang akhirnya membawa masyarakat tersebut menjadi rukun, tenteram, jauh dari segala macam konflik.

Konflik seakan tiada henti terdengar ditelinga kita sewaktu melihat berita di stasiun televisi. 

Terjadinya tindak kekerasan yang disebabkan oleh kelompok yang satu dengan kelompok yang merugikan pelaku dan orang orang disekitar kejadian, seperti tawuran antar pelajar. 

Pemahaman akan toleransi dan saling menghargai antar sesama menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Pancasila sebagai dasar negara dan suatu ideologi nasional Indonesia semakin menghilang bahkan sudah terlupakan. 

Untuk menciptakan masyarakat yang damai memang perlu dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah. Masyarakat harus sadar akan masalah yang ada disekitarnya, masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan menghadapi masalah seperti konflik yang terjadi disekitarnya.

Dengan tujuan mempersatukan masyarakat dan untuk menanamkan rasa toleransi dan saling menghargai di masyarakat, maka pendidikan multikultural harus selalu diajarkan oleh guru disekolah dan diamalkan oleh segenap siswa Indonesia.

Agar tercipta masyarakat Indonesia yang bermoral, penuh toleransi, menjaga budaya saling menyayangi dan menghargai antar sesama, penuh cinta, tanpa perasaan negatif didalamnya. Semoga konflik segera terselesaikan dengan pendidikan multikulturalisme ini. 


 


 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun