Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Oz: The Great and Powerful, Sihir Versus Sulap Pasar Malam

14 Maret 2013   06:37 Diperbarui: 23 April 2022   11:27 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via http://images.theage.com.au





Saya suka dongeng. Kenapa? Karena kebanyakan dongeng berisi cerita kepahlawanan yang setting ceritanya selalu berada di negeri antah berantah. Negeri yang digambarkan indah. Kastil-kastil atau istana indah dengan sisi jalan menuju kastil dipenuh bunga-bunga indah yang tengah bermekaran. Cuacanya cerah. Sungai mengalir dengan airnya yang bersih. Serta tak ketinggalan ada unsure magic yang selalu disisipkan dalam cerita dongeng. Dan penggambaran seperti itu juga tak luput kita temukan saat menonton film dongeng Oz: The Great and Powerful.

Oz: The Great and Powerful yang merupakan presekuel dari film legendaries The Wizard of Oz (1939). Kedua film ini telah terentang jarak 74 tahun lamanya. Keduanya berbasis dari buku cerita L Frank Baum yang ditulis antara tahun 1900-1920.

Penonton yang belum pernah menonton The Wizard of Oz tetap bisa menyaksikan Oz: The Great and Powerful dengan baik karena film ini memang berdiri sendiri sebagai satu karya utuh yang terlepas dari Wizard. Mungkin antara Wizard 1939 dengan Oz 2013 ada banyak perbedaan. Salah satunya hadirnya tokoh Penyihir Baik alias the good witch bernama Glinda yang diperankan oleh Michelle Williams.

Ada satu adegan yang bisa menghubungkan kedua film, yakni angin puting beliung (twister) yang juga terjadi di Kansas. Dalam Wizard, angin tornado membawanya dari alam nyata ke negeri impian. Dalam Oz, tukang sulap bernama Oscar Diggs alias Oz terbawa balon dari pasar malam menuju negeri dongeng pula. Selain itu lokasi tetap di Kansas dan negeri antah berantah bernama Emerald City. Ada pula Munchkin Land yang dihuni para kurcaci dan Yellow Brick Road, jalan setapak dari batu bata kuning yang mengantar orang menuju Emerald City. 

Imajinasi Visual

Pada kedua film, negeri nyata digambarkan dalam gambar hitam putih sedangkan penggambaran negeri dongeng menggunakan gambar berwarna. Kisah dongeng diceritakan dengan indah lewat film dengan bantuan teknologi computer yang disebut computer generated imagery (CGI). Lebih dari 70 tahun silam, dengan teknologi sinema yang sederhana, Wizard of Oz mampu membawa anak-anak bertamasya ke negeri dongeng. Kini dengan CGI dan tiga dimensi (3D) pula, penonton diajak menyelami negeri Oz dengan makhluk-makhluk aneh khas negeri dongeng, penyihir-penyihir hebat, istana, tumbuhan, hewan dan segala hal khas negeri dongeng. Dengan CGI, makin meliarkan imajinasi visual kita semua untuk merambah wilayah dongeng, negeri di balik pelangi yang belum pernah terdongengkan. 

Dongeng yang Mencerahkan

Tokoh utama Oscar Diggs alias Oz (James Franco) adalah tukang sulap kelas pasar malam. Sekali peristiwa, angin putting beliung menerbangkannya ke negeri antah berantah bernama Oz. dengan kemampuan sulapnya yang terbatas ia bisa menghadapi penyihir hebat (Mila Kunis dan Rachel Weisz). Tukang sulap yang semula hanya memburu uang, lewat serangkaian petualangan di negeri Oz, belajar menyadari bahwa ada yang jauh lebih berarti dari sekedar harta. 

Hal-hal Menarik 

Sebagai penonton, saya tentu mempunyai penilaian tersendiri mengenai rangkaian kisah yang telah disampaikan dalam film ini. Mungkin celetukan-celetukan ringan sering keluar dari mulut para penonton ketika ada adegan yang sepertinya memang perlu untuk diperdebatkan dengan cara yang humoris.

Seperti, saat Oscar terbawa balon udara. Jelas-jelas kekuatan angin tornado sekuat itu, namun ia bisa selamat dengan tak ada luka sedikitpun. Apapun yang terbawa lintasan tornado akan terangkat keatas. Apapun itu. seharusnya tubuhnya telah hancur bersama puing-puing yang terbawa tornado. Balon udaranya juga tidak terlalu rusak. Seharusnya kan telah sobek dan tak bisa membawanya terbang lagi. Tas yang berisi perlengkapan sulapnya juga demikian. 

Penyihir baik sepertinya sering lupa dengan kekuatas sihirnya. Ketika mereka dikejar oleh para kawanan monyet terbang suruhan penyihir jahat. Pakai adegan jatuh segala lagi dari jalan buntu. Jika taunya mereka selamat karena bantuan gelembung udara buatan Glinda.

Strategi perang yang dipikirkan Oscar ternyata juga sangat menarik. Strategi perang itu sempat tak terlintas dalam benak para penonton. Namun ternyata kolaborasi sihir, sulap ala pasar malam dan kerja sama dengan warga mampu mengalahkan penyihir jahat. Dan saya rasa film ini memang cukup kreatif dan menarik.

Adegan-adegan Lucu

Ada banyak adegan lucu yang sempat membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal. Sutradara ternyata amat pintar mengaduk emosi penonton. Walaupun tengah dalam suasana emosi yang tengah naik gara-gara ulah penyihir jahat misalnya ternyata disisipi adegan yang membuat penonton tersenyum dan tertawa. 

Beberapa adegan yang membuat penonton tertawa misalkan ketika mereka dikejar oleh kawanan monyet buas, monyet baik temannya Oscar bisa melucu dengan perkataannya pada Oscar bahwa ia punya sayap jadi bisa terbang. Dan ia bisa jatuh dari jalan buntu dengan selamat dengan sayapnya. 

Saat Oscar dan Monyet baik pertama sekali betemu dan berteman. Monyet baik menjadi budak Oscar karena telah berhutang budi karena telah dibantu oleh Oscar. Ketika Oscar menyuruhnya membawakan tasnya, monyet baik patuh dan membawanya. Namun lucunya dengan ekspresi khas monyet, si monyet kesusahan membawa tas karena terlalu berat untuk dipikulnya.

Ketika Gadis Keramik takut dan ingin digendong oleh Oscar, si Monyet baik juga ingin digendong. Dengan ekspresi kedua tangan mengarah kepada Oscar dengan harapan ia juga digendong oleh Oscar namun ternyata ia malah dicuekin oleh Oscar. Adegan-adegan seperti itu ternyata mampu membuat para penonton tertawa. Adegan semacam itu meruakan bumbu-bumbu yang diselipkan sang sutradara yang membuat film menjadi semakin menarik untuk disaksikan.

Nilai yang Bisa Dipetik

Banyak nilai-nilai kebaikan yang dapat kita petik dari kisah dongeng dalam film ini. Selain bahwa harta bukan segala. Seorang Oscar mampu dirubah kesadarannya bahwa ada hal lain yang lebih penting dari hanya sekedar kepingan dan cawan emas. 

Diperlukan segenap keyakinan dan kesadaran untuk meraih apa yang diimpikan. Dan itu semua tak mudah untuk membangunnya. Namun dari segenap kisah yang dialami Oscar, ia mampu berubah dan juga mengubah dunia. 

Jangan mengkhianati kepercayaan atau amanah yang telah diberikan orang lain kepada kita. Itu salah satu pesan yang disampaikan dalam film. Bahwa warga Emeral City telah amat percaya pada Oscar bahwa ia memang penyihir agung yang mereka nantikan. Walaupun Oscar hampir putus asa dan ingin pergi namun karena mengingat amanah yang telah diembannya, ia mampu bangkit kembali.

Banyak pelajaran moral lainnya yang bisa dipetik. Dan itu semua sangat dibutuhkan dalam hidup di dunia ini. Walaupun pesan-pesan moral itu hanya standar namun amat dibutuhkan. Kita semua memang amat membutuhkannya. Ketika kita membandingkannya dengan kisah nyata, hal itu membuat kita merasa sedih bahwa ternyata kenyataan yang terjadi amat tragis dan mengkhawatirkan. Perlu moral-moral dan pesan-pesan yang disampaikan dalam film itu. 

Ternyata film ini mampu membuat penonton menangis. Saya tak mengada-ada karena kenyataan penonton disebelah saya yang juga merupakan teman saya sendiri sempat menitikkan air mata di akhir cerita. Mungkin ia merasa terharu dengan ending yang memang apik. 

So far… film ini memang layak untuk ditonton. Apalagi karena film ini film 3D, film ini jadi semakin menarik. Namun secara pribadi saya berpesan bagi para orang tua untuk tidak menjadikan film ini sebagai salah satu film dongeng yan perlu ditonton anak-anak. Saya rasa film ini bukan untuk anak-anak namun untuk remaja dan orang dewasa. Walaupun kisahnya memang dongeng di negeri antah berantah namun adegan-adegannya banyak yang kurang pas untuk anak-anak. Seperti adegan berciuman. He he he..

Selamat menyaksikan di bioskop-bioskop kesayangan anda.. :D



[caption id="attachment_245259" align="aligncenter" width="576" caption="http://on-msn.com"]

1364732451822708714
1364732451822708714
[/caption]

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun