Sepertinya tidak ada tempat yang aman untuk para satwa di Indonesia. Begitu banyak kasus yang kita temui berkenaan dengan buruknya pengelolaan, pengawasan dan perlindungan terhadap satwa-satwa yang ada di Indonesia. Pada umumnya seperti itu. Hanya sedikit perhatian yang diberikan mengenai nasib satwa-satwa itu.
Sepertinya antara pemerintah dan masyarakat sama saja. Pemerintah terkesan kurang tegas mengenai permasalahan yang berhubungan dengan nasib satwa ini. sedangkan kita sering menemukan kasus yang dilakukan oleh masyarakat. Sepertinya masih kurang pemahaman masyarakat mengenai pentingnya memperhatkan nasib satwa. Satwa-satwa itu masih dianggap masyarakat sebagai musuh dan hawa pengganggu yang harus dimusnahkan.
Cermati saja kasus yang menimpa harimau sumatera. Keberadaan harimau sumatera makin terjepit. Harimau sumatera sering terjerat oleh jebakan yang sengaja dibuat oleh masyarakat. Terkena sengatan arus listrik yang memagari kebun sawit. Lalu mati.
[caption id="attachment_168560" align="aligncenter" width="619" caption="sumber:kompas.com"][/caption]
Nasib yang sama juga dialami oleh orangutan di pulau Kalimantan. Keberadaan mereka sama dengan harimau sumatera yakni dianggap sebagai hawa perusak kebun. Maka banyak kita saksikan pembataian yang dialami oleh orangutan.
[caption id="attachment_168562" align="aligncenter" width="600" caption="sumber:poetragaib.blogspot"]
Bagaimana tidak satwa itu akan mengganggu manusia karena habitatnya yang terancam. Hutan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan. Mau tidak mau satwa-satwa itu tentu akan mencari makanan ke perkebunan yang dibuka manusia.
Juga tentang nasib badak yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak-badak tersebut ditemukan dalam keadaan tulang belulang. Apakah mati dengan sendirinya atau dimatikan karena ulah manusia?
Belum lagi dengan nasib hewan-hewan lainnya yang cukup dilindungi. Nasib yang sama juga menimpa mereka. Seperti elang jawa, burung merak, kura-kura moncong babi dari Papua, trenggiling dan satwa lainnya yang ditangkap, diselundupkan dan diperdagangkan.
Di hutan, di habitatnya sendiri satwa-satwa itu terancam. Di kebun binatang nasibnya tidak diperhatikan. Bahkan terlihat seperti sengaja dimatikan. Seperti yang terjadi di kebun binatang Surabaya (KBS).
Jerapah bernama Kliwon adalah satwa terakhir yang diketahui mati tak wajar di Kebun Binatang Surabaya (KBS), dengan ditemukannya gumpalan plastik pembungkus makanan seukuran bola pantai di perutnya. Kejadian tersebut membuat sejumlah media massa terkemuka dunia memuat pemberitaan tentang buruknya kondisi di KBS.
Situs berita Amerika Serikat, FOX News memuat artikel berjudul, "Nightmare zoo in Indonesia shaken by giraffe death", sementara Telegraph Inggris memberi judul, "Indonesia 'nightmare' Zoo' ". Saat ini Kebun Binatang Surabaya adalah mimpi buruk, dipenuhi masalah kelahiran binatang yang tak terkendali, kurangnya dana untuk kesejahteraan hewan, dan kecurigaan bahwa stafnya terlibat dalam perdagangan satwa liar ilegal," demikian dimuat situs Standard.net. Mereka mengatakan, KBS mungkin kebun binatang paling buruk di dunia. Tak kurang dari 10 media terkemuka lainnya memuat berita senada. Mereka menggunakan kata kunci yang sama, KBS adalah "mimpi buruk" bagi para penghuninya.
Hmmm… Tak ada lagi tempat yang aman untuk mereka satwa-satwa tidak berdosa…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H