Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Citra Indonesia di Mata Dunia Tentang Perlindungan Satwa

14 Maret 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:03 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya tidak ada tempat yang aman untuk para satwa di Indonesia. Begitu banyak kasus yang kita temui berkenaan dengan buruknya pengelolaan, pengawasan dan perlindungan terhadap satwa-satwa yang ada di Indonesia. Pada umumnya seperti itu. Hanya sedikit perhatian yang diberikan mengenai nasib satwa-satwa itu.

Sepertinya antara pemerintah dan masyarakat sama saja. Pemerintah terkesan kurang tegas mengenai permasalahan yang berhubungan dengan nasib satwa ini. sedangkan kita sering menemukan kasus yang dilakukan oleh masyarakat. Sepertinya masih kurang pemahaman masyarakat mengenai pentingnya memperhatkan nasib satwa. Satwa-satwa itu masih dianggap masyarakat sebagai musuh dan hawa pengganggu yang harus dimusnahkan.

Cermati saja kasus yang menimpa harimau sumatera. Keberadaan harimau sumatera makin terjepit. Harimau sumatera sering terjerat oleh jebakan yang sengaja dibuat oleh masyarakat. Terkena sengatan arus listrik yang memagari kebun sawit. Lalu mati.

[caption id="attachment_168560" align="aligncenter" width="619" caption="sumber:kompas.com"][/caption]

Nasib yang sama juga dialami oleh orangutan di pulau Kalimantan. Keberadaan mereka sama dengan harimau sumatera yakni dianggap sebagai hawa perusak kebun. Maka banyak kita saksikan pembataian yang dialami oleh orangutan.

[caption id="attachment_168562" align="aligncenter" width="600" caption="sumber:poetragaib.blogspot"]

1331712549547575285
1331712549547575285
[/caption]

Bagaimana tidak satwa itu akan mengganggu manusia karena habitatnya yang terancam. Hutan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan. Mau tidak mau satwa-satwa itu tentu akan mencari makanan ke perkebunan yang dibuka manusia.

Juga tentang nasib badak yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak-badak tersebut ditemukan dalam keadaan tulang belulang. Apakah mati dengan sendirinya atau dimatikan karena ulah manusia?

Belum lagi dengan nasib hewan-hewan lainnya yang cukup dilindungi. Nasib yang sama juga menimpa mereka. Seperti elang jawa, burung merak, kura-kura moncong babi dari Papua, trenggiling dan satwa lainnya yang ditangkap, diselundupkan dan diperdagangkan.

Di hutan, di habitatnya sendiri satwa-satwa itu terancam. Di kebun binatang nasibnya tidak diperhatikan. Bahkan terlihat seperti sengaja dimatikan. Seperti yang terjadi di kebun binatang Surabaya (KBS).

Jerapah bernama Kliwon adalah satwa terakhir yang diketahui mati tak wajar di Kebun Binatang Surabaya (KBS), dengan ditemukannya gumpalan plastik pembungkus makanan seukuran bola pantai di perutnya. Kejadian tersebut membuat sejumlah media massa terkemuka dunia memuat pemberitaan tentang buruknya kondisi di KBS.

13317125931202896543
13317125931202896543

Situs berita Amerika Serikat, FOX News memuat artikel berjudul, "Nightmare zoo in Indonesia shaken by giraffe death", sementara Telegraph Inggris memberi judul, "Indonesia 'nightmare' Zoo' ". Saat ini Kebun Binatang Surabaya adalah mimpi buruk, dipenuhi masalah kelahiran binatang yang tak terkendali, kurangnya dana untuk kesejahteraan hewan, dan kecurigaan bahwa stafnya terlibat dalam perdagangan satwa liar ilegal," demikian dimuat situs Standard.net. Mereka mengatakan, KBS mungkin kebun binatang paling buruk di dunia. Tak kurang dari 10 media terkemuka lainnya memuat berita senada. Mereka menggunakan kata kunci yang sama, KBS adalah "mimpi buruk" bagi para penghuninya.

Hmmm… Tak ada lagi tempat yang aman untuk mereka satwa-satwa tidak berdosa…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun