Wacana pemerintah tentang libur sekolah sebulan penuh selama Ramadhan telah mencuat ke permukaan. Layaknya deja vu, sebenarnya kebijakan serupa pernah diterapkan di masa lalu sehingga ini membawa kenangan bagi sebagian besar orang yang pernah mengalaminya. Namun, di tengah perubahan zaman dan kebutuhan pendidikan yang semakin kompleks tentu ada pertanyaan yang muncul. Apakah kebijakan tersebut masih relevan?
Ramadhan selalu menjadi bulan yang sangat istimewa dalam kalender umat Islam. Aktivitas ibadah meningkat dan pola kehidupan sehari-hari berubah.
Libur sekolah sebulan penuh saat Ramadhan dianggap dapat memberikan ruang lebih bagi siswa untuk mendalami agama, memperbanyak ibadah, atau memperkuat nilai spiritual.Â
Wacana ini juga memantik diskusi dari berbagai perspektif dengan sudut pandang berbeda. Sebagian memandang libur panjang ini sebagai peluang untuk berkumpul bersama keluarga atau melakukan perjalanan spiritual bersama.Â
Sementara yang lain agaknya khawatir akan potensi ketimpangan terutama bagi siswa yang membutuhkan dukungan belajar tambahan.
Tidak dapat dipungkiri wacana ini juga memunculkan berbagai pertanyaan lainnya. Bagaimana dengan kurikulum atau capaian pembelajaran yang harus dikejar? Apa dampaknya terhadap jadwal ujian atau persiapan asesmen lainnya?Â
Dalam konteks pendidikan, libur panjang tanpa perencanaan matang bisa menjadi pedang bermata dua, yaitu peluang dan resiko.
Oleh sebab itu, wacana ini harus menjadi keputusan yang juga menyesuaikan dengan kebutuhan dan realitas zaman.Â
Ramadhan adalah bulan penuh berkah. mari pastikan berkah itu juga tercermin dalam kebijakan pendidikan yang kita dukung dan rasakan manfaat bersama.
Melihat situasi ketika tetap sekolah saat Ramadhan
Ramadhan bulan suci yang penuh berkah selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia termasuk di lingkungan pendidikan. Kebijakan sekolah selama Ramadhan kerap menjadi sorotan mengingat pentingnya menyeimbangkan antara kegiatan belajar dan pembinaan spiritual siswa.Â