Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cegah Bullying dan Kekerasan, Guru Wajib Punya "Mata-mata"

1 Desember 2024   08:26 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:14 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Keberadaan "mata-mata" berguna untuk mengurai kekerasan di sekolah guna menciptakan lingkungan aman. (Foto Akbar Pitopang)

Selain menunjuk siswa sebagai pengawas tentu sekolah juga sudah lebih dulu memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu. Pemasangan CCTV di area sekolah dapat membantu guru memantau aktivitas siswa dengan lebih efektif dan akurat.

Namun, sebenarnya yang sangat penting adalah membangun budaya sekolah yang menjunjung tinggi rasa saling peduli dan empati. Anak didik perlu diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menyelesaikan konflik secara sehat.

Di sisi lain, guru perlu melatih kemampuan manajemen konflik dan memahami tanda-tanda bullying dan kekerasan. Dengan pengetahuan ini, guru dapat bertindak lebih cepat sebelum situasi menjadi lebih buruk.

Tidak kalah penting, sekolah harus memiliki Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) serta prosedur yang jelas dalam menangani kasus kekerasan. Baik pelaku maupun korban harus mendapatkan perhatian yang tepat termasuk bimbingan konseling untuk memulihkan kondisi psikologis siswa.

Orangtua wajib membangun komunikasi yang terbuka dengan anak supaya membuat mereka merasa aman untuk berbagi cerita tentang apa yang terjadi. Jangan menyepelekan setiap informasi yang disampaikan anak.

Menanamkan nilai-nilai kebaikan di rumah adalah langkah untuk menciptakan generasi yang lebih peduli dan bertanggung jawab. Bisa kita buktikan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang cenderung lebih mampu mengendalikan emosi.

Ada pepatah dalam Bahasa Inggris mengatakan, "It takes a village to raise a child". Ini berarti, dibutuhkan kerja sama semua pihak ---guru, orangtua, masyarakat, bahkan pemerintah--- untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. 

Tidak ada anak yang dilahirkan sebagai pelaku kekerasan. Perilaku mereka hanyalah cerminan dari lingkungan tempat mereka tumbuh. 

Jangan biarkan satu insiden kekerasan menjadi noda yang mencoreng dunia pendidikan kita. Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan rasa aman.

Pendekatan berbasis kasih sayang dalam menciptakan sekolah yang benar-benar aman memerlukan kerja keras dan komitmen dari semua pihak. Ini adalah alur untuk mencetak generasi yang lebih baik.

Mari kita jadikan sekolah sebagai tempat dimana mimpi-mimpi terbangun, bukan dihancurkan. Karena masa depan anak-anak kita terlalu berharga untuk dirusak oleh kekerasan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun