Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Sisi Gelap Rekrutmen PPPK Guru

21 November 2024   06:29 Diperbarui: 21 November 2024   11:16 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah aturan benar-benar ditegakkan atau justru dilemahkan oleh kepentingan tertentu (oknum)?  

Pendidikan adalah untuk jangka panjang. Saat sistem rekrutmen cacat, dampaknya tidak hanya pada individu guru tetapi juga pada generasi penerus. 

Sebuah ironi rasanya ketika mereka yang seharusnya akan menjadi teladan justru mengorbankan nilai-nilai luhur demi keuntungan pribadi.  

Nah, akar masalah ini sepertinya terletak pada kebijakan yang belum matang. Proses seleksi yang tidak memperhitungkan validasi data secara ketat membuka ruang bagi praktik-praktik yang tidak etis. Aturan yang longgar pada akhirnya menjadi ladang subur bagi praktik manipulasi.  

Pemerintah harus segera turun tangan. Tidak cukup hanya dengan mengakui telah terjadi masalah karena "kecolongan". Tetapi diperlukan langkah konkret untuk memperbaiki sistem. Reformasi total pada mekanisme seleksi menjadi kebutuhan mendesak.  

Namun, pembenahan sistem saja juga tidak cukup. Pemerintah juga perlu memberikan sanksi tegas kepada mereka yang terbukti melanggar aturan. Ini adalah bentuk komitmen dalam menegakkan keadilan dan integritas dalam dunia pendidikan.  

Para guru honorer layak mendapat perhatian dan menjadi korban yang dirugikan. Misalnya dengan memberikan peluang seleksi ulang yang lebih adil dapat menjadi wujud penghormatan atas dedikasi mereka selama ini.  

Lebih jauh lagi, kita perlu merenungkan kembali makna menjadi pendidik untuk dunia pendidikan.
Apakah hanya sekadar cita-cita untuk mencapai status (ASN) atau sebuah jalan pengabdian untuk membangun peradaban yang lebih baik?  

Guru adalah sosok yang seharusnya menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum kepada siswa. 

Jika seorang guru mengorbankan nilai tersebut demi status ASN maka nilai-nilai pendidikan yang diajarkannya patut dipertanyakan.  

Kita sering mendengar ajaran Ki Hajar Dewantara, "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani", di depan harus memberi teladan, di tengah harus membangun ide dan gagasan, dan di belakang harus bisa memberikan dorongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun