Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Was-was Menanti Kejelasan Kurikulum Merdeka dan Deep Learning

11 November 2024   15:43 Diperbarui: 12 November 2024   16:02 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemendikbudristek dipecah telah memicu spekulasi yang cukup menarik. Diantaranya terkait Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), yang dipimpin oleh Bapak Menteri, Prof Abdul Mu'ti. Dalam benak banyak orang, termasuk para guru, perubahan menteri seringkali dianggap sebagai pertanda perubahan kurikulum. Ini bukan tanpa alasan, mengingat perjalanan pendidikan Indonesia yang memperlihatkan kecenderungan tersebut. Namun, kali ini tampaknya Kemendikdasmen sedang menimbang dengan hati-hati, apakah harus mengganti kurikulum atau mempertahankan Kurikulum Merdeka yang baru beberapa tahun diimplementasikan.

Kurikulum Merdeka sendiri merupakan inovasi yang diperkenalkan pada masa Bapak Menteri Nadiem Makarim, dengan fokus diantaranya pada pembelajaran berbasis projek, Profil Pelajar Pancasila dan pendekatan yang lebih fleksibel. 

Meskipun tergolong baru, banyak sekolah masih berada pada tahap adaptasi dan berusaha memahami prinsip-prinsipnya secara mendalam. Konsep-konsep seperti "Pembelajaran Berdiferensiasi" masih memerlukan waktu bagi sebagian guru untuk dikuasai dan diterapkan dengan efektif. 

Di sisi lain, beberapa sekolah dan guru mulai menunjukkan kemajuan dalam mengadopsi kurikulum ini, meski belum sepenuhnya sempurna.

Belakangan, muncul perbincangan di media sosial mengenai pandangan Menteri Abdul Mu'ti tentang "deep learning", yang sempat menimbulkan spekulasi bahwa perubahan kurikulum mungkin akan dilakukan. 

Meski demikian, belum ada keputusan resmi yang mengisyaratkan bahwa Kurikulum Merdeka akan diganti. Menteri Mu'ti sendiri menyatakan dalam beberapa kesempatan bahwa masih diperlukan kajian mendalam sebelum mengambil keputusan besar tersebut. 

Hal ini menegaskan bahwa Kemendikdasmen lebih berhati-hati dalam menentukan arah pendidikan, mengingat dampak besar dari setiap perubahan kurikulum terhadap sistem pembelajaran.

Isu mengenai perubahan kurikulum ini tentu menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan para pendidik dan masyarakat luas. Kurikulum yang selalu berganti dapat mengganggu stabilitas proses belajar mengajar, terutama bagi sekolah-sekolah yang sudah mulai beradaptasi dengan kurikulum sebelumnya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa inovasi perlu terus dilakukan demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan generasi muda saat ini. 

Pertanyaan mengenai apakah akan ada perubahan atau tidak, tak pelak memicu kekhawatiran dan harapan bagi berbagai pihak.

Dalam menanti keputusan resmi, penting bagi para pendidik untuk tetap fokus pada kualitas pembelajaran di kelas, terlepas dari apapun kurikulum yang digunakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun