Di tengah derasnya arus informasi dan kecepatan dunia yang semakin menderu, ada kisah yang selalu memberikan kehangatan dan kedamaian. Kisah yang bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang bagaimana cinta itu tumbuh, dijaga, dan dipelihara seiring waktu.Â
Itulah kisah dari Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina, dua sosok yang telah menjadi ikon dalam dunia Kompasiana, sekaligus menjadi panutan dalam hidup dan cinta sejati.
Ketika kita membuka halaman demi halaman artikel di Kompasiana, seringkali kita disuguhi pandangan, pendapat, dan cerita yang penuh makna dari para Kompasianer. Namun, di antara semua itu, ada sosok Opa dan Oma yang selalu menebar pesan penuh kehangatan.Â
Opa dan Oma bukan sekadar penulis, tetapi juga pemberi nasehat, pembimbing, dan sumber inspirasi yang tidak pernah berhenti membagikan kearifan hidup yang sederhana namun sarat makna.
Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, dua nama yang selalu diucapkan dengan penuh rasa hormat dan cinta. Ada yang memanggil dengan Opa dan Oma, Ayahanda dan Bunda, Apak dan Mande, Om dan Tante, dan sebagainya. Saya pun kerap menyapa dengan panggilan Omcip dan Bundo.
Opa dan Oma bukan hanya tokoh utama dalam cerita, tetapi juga menjadi layaknya teman, sahabat, bahkan seperti kakek-nenek yang akrab bagi semua Kompasianer.Â
Mereka adalah penulis dengan pesan yang dalam, yang mengajarkan kita tentang hidup, cinta, dan keluarga melalui setiap kalimat yang dirangkai.
Lahir dan tumbuh besar di Ranah Minang, tepatnya di Solok dan Payakumbuh, Opa dan Oma membawa semangat dan kearifan lokal yang kaya dalam banyak artikel yang Opa dam Oma pernah tulis.Â
Kehangatan itu tidak pernah luntur, meski kini mereka jauh di Australia, tempat mereka merajut cerita baru bersama anak-cucu. Seberapa jauh pun jarak, hati mereka tetap di sini, menyapa kita dengan setiap artikel yang diposting di Kompasiana.
Tak terhitung sudah berapa kali artikel Opa dan Oma menyentuh hati, memberikan motivasi, dan menginspirasi kita semua disini.Â