Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Siswa Telat Calistung, Bagaimana Menyikapinya?

2 Oktober 2024   07:52 Diperbarui: 2 Oktober 2024   10:09 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembelajaran Calistung berbasis Kurikulum Merdeka di SD. | Sumber: Tanoto Foundation via Kompas.com 

Bahkan, bukan hal yang asing melihat siswa Kelas 4 atau Kelas 5 SD masih kesulitan dengan calistung. Hal ini mempertegas fakta bahwa proses belajar anak tak bisa diseragamkan. Ada yang melaju cepat, ada yang memerlukan dorongan ekstra. 

Disisi lain, kita juga melihat siswa yang masuk ke kelas 1 dengan bekal yang cukup kuat. Mereka sudah menguasai dasar-dasar calistung, sehingga lebih mudah mengikuti pembelajaran di sekolah. 

Nah, inilah yang membuat tugas guru Kelas 1 menjadi sangat kompleks. Mereka dihadapkan pada siswa dengan kemampuan yang beragam, dari yang belum bisa calistung hingga yang sudah mulai mahir. Guru harus pandai membagi perhatian dan energi agar setiap anak bisa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.

Menghadapi situasi ini, guru dituntut untuk menciptakan suasana kelas yang inklusif, dimana semua siswa, tanpa memandang tingkat kemampuan awal mereka, merasa didukung dan diperhatikan. 

Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah pembelajaran berdiferensiasi. Melalui metode ini, guru bisa menyesuaikan materi dan pendekatan berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa. Mereka yang sudah lebih maju dalam calistung bisa diberi tantangan lebih lanjut, sementara siswa yang tertinggal diberikan pendampingan khusus tanpa merasa terbebani.

Namun, tantangan bagi guru yang mengajar di Kelas 1 tak berhenti di situ. Mereka seringkali meluangkan waktu ekstra setelah jam sekolah untuk memberikan bimbingan tambahan bagi siswa yang masih kesulitan calistung. 

Pengabdian ini bukan hanya soal memenuhi tuntutan akademis, tapi juga mencerminkan tanggung jawab moral yang dirasakan para guru. Mereka ingin memastikan bahwa setiap siswa, tanpa terkecuali, mampu menguasai calistung meski masih di tingkat dasar. 

Harapannya, ketika siswa tersebut naik ke kelas 2, mereka bisa mengikuti proses pembelajaran dengan lebih lancar bersama wali kelas dan guru baru mereka.

Beban ini terasa semakin berat karena para guru tak hanya berperan sebagai pengajar, tapi juga pembimbing, motivator, dan penjaga moral. Di dalam hati setiap guru Kelas 1, ada keinginan kuat untuk melihat semua anak didiknya berhasil menguasai calistung, sehingga mereka dapat melangkah ke jenjang berikutnya tanpa hambatan berarti. 

Kendati demikian, ada sisi positif dari situasi ini. Kesadaran akan pentingnya pembelajaran berdiferensiasi dan usaha keras para guru menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita masih diwarnai oleh keikhlasan dan dedikasi tinggi. 

Kita semua perlu mendukung upaya guru-guru di Kelas 1 ini, baik melalui kebijakan yang meringankan beban mereka, maupun apresiasi yang layak atas segala pengorbanan yang mereka berikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun