Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mencegah Konflik di Kalangan Siswa, Iming-Iming Uang dalam Pertemanan

4 September 2024   06:21 Diperbarui: 4 September 2024   11:12 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemanan di usia sekolah dasar bukan sekadar bermain bersama. Ini adalah landasan penting yang akan membentuk bagaimana anak-anak berinteraksi dengan dunia di masa depan. Di balik canda tawa dan kejar-kejaran, terdapat dinamika yang bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak secara signifikan. 

Pada usia ini, anak-anak mulai membangun interaksi sosial mereka. Teman sebaya menjadi cermin dimana anak belajar tentang diri mereka sendiri dan orang lain. 

Namun, tidak jarang pertemanan ini terjebak dalam pola-pola negatif seperti sikap mengintimidasi, atau sikap mendominasi yang dapat merugikan.

Ketika perilaku negatif ini dibiarkan, bukan hanya suasana kelas yang terganggu, tetapi juga perkembangan emosional anak juga akan terancam. 

Pada momen ini intervensi yang bijak dan tepat menjadi penting untuk memastikan bahwa anak-anak tidak membawa kebiasaan buruk ini ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Sebagai guru, mengenali tanda-tanda awal dari dinamika pertemanan yang tidak sehat adalah langkah pertama. Misalnya, adanya kelompok yang mengintervensi temannya atau sikap dominasi yang membuat anak lain merasa inferior (direndahkan). 

Pola pertemanan di usia ini juga bisa menjadi refleksi dari lingkungan keluarga dan pengaruh media dan teknologi. Anak-anak seringkali meniru apa yang mereka lihat di rumah atau di layar gawai, dan ini bisa mempengaruhi cara mereka memperlakukan teman-temannya. 

Nah, uang jajan adalah salah satu cara bagi anak untuk belajar tentang tanggung jawab dan manajemen keuangan sejak dini. Namun, seringkali tanpa disadari, anak-anak cenderung berbagi uang mereka dengan teman-teman, bahkan untuk hal-hal yang kurang penting. 

Jika dilakukan bukan karena niat mulia, hal ini bisa menjadi kebiasaan yang merugikan jika tidak diawasi dengan baik. 

Orang tua perlu memberikan pemahaman bahwa meskipun berbagi itu baik, ada batasan yang harus diperhatikan agar anak-anak tidak mengalami kesulitan di kemudian hari.

Memberikan uang kepada teman mungkin tampak seperti tindakan sepele, tetapi dibalik itu ada pelajaran besar yang bisa diambil. Anak-anak perlu menyadari bahwa uang jajan mereka memiliki batasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun