Ketika uang itu dibagi-bagikan kepada teman, tanpa alasan yang jelas, mereka berisiko tidak memiliki cukup uang untuk kebutuhan mereka sendiri, seperti membeli makanan di kantin.Â
Penting bagi orangtua untuk menjelaskan bahwa uang jajan yang mereka terima adalah hasil dari kerja keras orangtua, dan harus digunakan dengan bijaksana.
Di sisi lain, ada fenomena yang terlihat di kalangan anak-anak SD, yaitu kebiasaan menyuruh teman melakukan sesuatu dengan imbalan uang. Ini adalah praktik yang tidak sehat dan bisa mengarah pada dinamika pertemanan yang tidak sehat.Â
Anak-anak yang terlalu sering menawarkan uang sebagai iming-iming bisa kehilangan nilai penting dari pertemanan yang sejati, dimana interaksi seharusnya didasari oleh kepercayaan dan kebersamaan, bukan oleh transaksi materi belaka.
Uang, meskipun dalam jumlah kecil, bisa menjadi sensitif bagi dinamika sosial di kalangan anak-anak SD. Di usia yang masih sangat muda, anak-anak mulai belajar tentang nilai uang, baik dalam arti harfiah maupun sosial.Â
Fenomena menyuruh teman dengan iming-iming uang tak hanya memperlihatkan bagaimana mereka memahami konsep imbalan, tetapi juga bisa menimbulkan gejolak sosial di antara teman-temannya.Â
Apa yang mungkin dimulai sebagai permainan atau iseng-iseng, malah dapat berkembang menjadi persaingan yang tak sehat, dimana teman-temannya yang lain tentu sama-sama menyukai uang.
Persaingan semacam ini, jika dibiarkan, bisa menciptakan lingkungan yang penuh tekanan bagi anak-anak.Â
Seorang siswa tersebut mungkin merasa terdorong untuk menawarkan lebih banyak uang atau barang demi mendapatkan perhatian atau pengaruh lebih besar di kalangan teman-temannya.Â
Akibatnya, pertemanan yang seharusnya terbentuk dari rasa saling percaya dan kesenangan bersama berubah menjadi medan pertempuran tatkala anak-anak berlomba untuk menunjukkan siapa yang memiliki lebih banyak "sumber daya".