Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kebijakan Zonasi PPDB dan Sekolah Negeri yang "Merger"

26 Juni 2024   04:51 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:48 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan SD kompleks yang merger. (foto Akbar Pitopang)

Dalam beberapa tahun terakhir, tren hunian pinggiran kota makin diminati oleh keluarga baru dan pasangan muda. Mereka lebih memilih tinggal di rumah yang dikembangkan oleh developer perumahan meski lokasinya berada di pinggiran kota. Alasan utama dari pilihan ini adalah harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan hunian di tengah kota. Dengan harga tanah dan properti yang terus melonjak di pusat kota, hunian pinggiran kota menawarkan solusi yang lebih ekonomis bagi banyak keluarga muda yang ingin memiliki rumah sendiri.

Meskipun demikian, keputusan untuk tinggal di pinggiran kota membawa konsekuensi tersendiri, terutama terkait akses pendidikan. 

Sejak awal, banyak sekolah favorit dan ternama umumnya terpusat di tengah kota. Sekolah-sekolah ini biasanya sudah lama dibangun dan memiliki reputasi. Hal ini membuat para orang tua sering kali merasa dilematis antara memilih hunian yang terjangkau atau akses pendidikan yang diharapkan untuk anak-anak mereka.

Seiring dengan bertambahnya jumlah warga yang tinggal di pinggiran kota, kebutuhan akan fasilitas pendidikan di pinggir kota juga meningkat. Pemerintah dan pihak swasta melihat peluang ini dan berinvestasi dalam pembangunan sekolah-sekolah baru di pinggiran kota. 

Sekolah-sekolah ini didirikan untuk memenuhi permintaan masyarakat yang semakin besar dan menyediakan fasilitas pendidikan yang tidak kalah dengan sekolah-sekolah di pusat kota.

Anak-anak dari keluarga yang tinggal di pinggiran kota kini cenderung dimasukkan ke sekolah yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Hal ini memberikan banyak keuntungan, diantaranya efisiensi waktu dan biaya perjalanan/transportasi ke sekolah. 

Dengan adanya sekolah-sekolah baru di pinggiran kota, dalam jangka panjang, konsentrasi penduduk ke pinggiran kota akan mengurangi kepadatan di pusat kota.

Siswa dan dinamika zonasi sekolah

Banyak sekolah di pinggiran kota yang mulai mengadopsi kurikulum inovatif dan menyediakan fasilitas memadai. Sekolah-sekolah ini berupaya meningkatkan mutu pengajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi para siswa. Dengan fasilitas yang sama baik dengan sekolah di tengah kota, sekolah-sekolah ini menjadi pilihan menarik bagi para orang tua yang tinggal di pinggiran kota.

Dampak dari pemerataan sekolah di pinggiran kota ini terasa pada proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), terutama dengan adanya sistem zonasi. 

Sistem zonasi ini mengharuskan siswa untuk mendaftar di sekolah yang berada dalam zona tempat tinggal mereka. Akibatnya, banyak orang tua yang akhirnya memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang berada dekat dengan tempat tinggal mereka di pinggiran kota.

Dengan semakin banyaknya siswa yang bersekolah di pinggiran kota, sekolah-sekolah di tengah kota mulai mengalami penurunan jumlah siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun