Dalam beberapa pekan mendatang, masyarakat akan segera memulai perjalanan mudik ke kampung halaman untuk merayakan momen lebaran, bersilaturahmi, dan saling bermaaf-maafan.Â
Bagi mereka yang tinggal atau bekerja di perantauan, tentu momen ini telah lama dinanti setiap tahunnya. Lantaran bertepatan dengan cuti Hari Raya Idul Fitri.
Perjalanan mudik memang memiliki begitu banyak aspek yang menyertainya. Seperti pengalaman spiritual, emosional, finansial, kesehatan kesehatan fisik dan mental health.
Bahwasanya seringkali ada juga rasa berat yang menyertai keputusan untuk meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sebagian orang pasti merasakan kekhawatiran dan kecemasan saat meninggalkan rumah dalam waktu yang cukup lama, terutama ketika momen seperti mudik lebaran ini.Â
Terutama dalam hal ini bagi mereka yang sudah punya rumah sendiri setelah sekian lama berjuang secara finansial di rantau orang. Walaupun masih nyicil rumah, yang jelas sudah punya aset sendiri dan tidak ngekos lagi.
Bagi hampir semua orang, memiliki rumah sendiri adalah impian yang telah lama dinanti. Namun, ketika momen mudik tiba untuk pertama kalinya setelah memiliki rumah baru, perasaan yang muncul bisa sangat bercampur aduk.Â
Di satu sisi, ada kegembiraan dan rasa syukur yang luar biasa atas pencapaian ini. Tapi di sisi lain, juga ada kekhawatiran dan kecemasan meninggalkan rumah yang baru milik sendiri.
Membeli rumah merupakan pencapaian besar dalam kehidupan seseorang. Ini adalah simbol kestabilan dan kemandirian finansial. Namun, ketika momen mudik datang, pemilik rumah baru akan galau menghadapi dilema baru.Â
Meninggalkan rumah yang baru dihuni dengan segala pengalaman dan sentuhan pribadi bisa menjadi dilema yang menantang.