Pencegahan potensi tindakan KDRT dapat diartikan sebagai memahami dan menghadapi tiga fase utama dalam kehidupan yang berhubungan dengan pernikahan.Â
Pertama-tama, fase sebelum menikah, dimana dasar sebuah hubungan dibangun. Kedua, fase setelah menikah, diantara dinamika kehidupan lika-liku pernikahan mulai terbentuk. Dan ketiga, fase di kala terjadi KDRT, maka langkah-langkah pencegahan dan penanganan menjadi krusial.
1. Membekali diri sebelum menikah dengan perencanaan yang matang.
Beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil pada fase ini melibatkan pengetahuan, pemahaman, maupun kesiapan diri. Yang akan menjadi fondasi krusial untuk mencegah terjadinya KDRT di masa depan.Â
Pertama, diperlukan literasi pernikahan, ilmu parenting, dan dasar ilmu agama. Pemahaman mendalam tentang nilai-nilai, tujuan, dan harapan yang masuk akal tentang pernikahan akan membantu membentuk dasar yang kuat untuk hubungan yang sehat. Selain itu, pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua juga menjadi kunci untuk membangun keluarga yang harmonis.
Kedua, persiapan ekonomi, memahami program keluarga berencana, dan manajemen keuangan adalah langkah-langkah penting yang perlu dipersiapkan. Kesadaran akan aspek finansial sangat penting untuk mencegah tekanan ekonomi yang dapat memicu konflik dalam rumah tangga di kemudian hari.
Ketiga, tidak mempermasalahkan tekanan dari luar, terutama berkaitan dengan pertanyaan publik agar buru-buru menikah. Memahami bahwa pernikahan bukanlah sebuah perlombaan, melainkan keputusan besar yang memerlukan kesiapan akan membantu menghindarkan keputusan yang tergesa-gesa.Â
Komunikasi terbuka dengan keluarga dan masyarakat tentu diperlukan. Seseorang dapat menjelaskan situasi dan rencana pernikahan tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi orang lain.
Melalui langkah-langkah di atas dapat berfungsi sebagai investasi jangka panjang untuk membangun dasar rumah tangga yang kokoh dan berkelanjutan serta jauh dari potensi KDRT.
Mereka telah membekali diri dengan persiapan yang cukup untuk mengatasi badai kehidupan berumah tangga yang mungkin datang tanpa diundang.
2. Menerapkan nilai-nilai dan keterampilan hidup setelah menikah.
Komunikasi terbuka dan saling pengertian menjadi kunci utama dalam membangun fondasi kebahagiaan rumah tangga. Upaya menjaga kualitas hubungan memainkan peran penting dalam memastikan pernikahan yang berbahagia dan langgeng.
Berkomunikasi bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan dengan penuh antusiasme. Dengan saling membuka diri, kita dan pasangan dapat membangun kedekatan emosional yang kuat sehingga potensi konflik dapat diatasi dengan lebih baik.Â