Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Berkelanjutan dan Edukasi Peduli Sampah (Bagian 1)

12 November 2023   10:10 Diperbarui: 18 Desember 2023   01:01 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tong sampah sesuai jenis sampah untuk nantinya disetorkan ke Bank Sampah sekolah. (foto Akbar Pitopang)

[Bagian 1: Bank Sampah Sekolah, Fondasi Generasi Peduli Lingkungan]

Sampah, momok dalam kehidupan modern yang telah menuntut kita untuk merefleksikan cara kita memperlakukan serta mengelolanya. Di era modern ini, ironisnya masih banyak masyarakat yang mengabaikan tanggung jawab pribadi terhadap pengelolaan sampah. 

Meskipun kita terus menghasilkan sampah, namun kesadaran akan perlunya pengelolaan yang bijak seringkali terlupakan. Akibatnya, sampah seringkali dibuang sembarangan mencemari berbagai tempat.

Kondisi semakin rumit dengan masalah kapasitas daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah banyak yang mengalami overload. Kebakaran di TPA Bantar Gebang menjadi bukti nyata akan krisis ini memberikan gambaran tragis tentang bagaimana kita sebagai masyarakat masih kesulitan menangani perilaku kita terhadap sampah. (Kompas.com)

Padahal yang perlu diingat bahwa sampah dalam pengelolaan yang baik, memiliki potensi memberikan manfaat positif. Misalnya, daur ulang dan pengomposan adalah beberapa cara untuk memanfaatkan sampah secara berkelanjutan. 

Mengubah pandangan kita terhadap sampah menjadi sumber daya dapat membuka pintu untuk inovasi dan solusi yang lebih ramah lingkungan.

Tantangan utama saat ini adalah menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya peran setiap individu dalam mengelola sampahnya sendiri. Namun melalui edukasi tentang pemilahan sampah, pengurangan sampah plastik, dan promosi gaya hidup zero waste dapat menjadi langkah-langkah yang sangat berarti. 

Sebagai masyarakat modern, kita memiliki tanggung jawab untuk mengubah cara kita berhadapan dengan sampah. Dengan perubahan perilaku ini kita dapat melibatkan diri dalam upaya secara global untuk menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan. Sampah tidak boleh lagi menjadi momok, tetapi harus menjadi peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Tong sampah sesuai jenis sampah untuk nantinya disetorkan ke Bank Sampah sekolah. (foto Akbar Pitopang)
Tong sampah sesuai jenis sampah untuk nantinya disetorkan ke Bank Sampah sekolah. (foto Akbar Pitopang)

Dalam perjalanan untuk meraih Sustainable Development Goals (SDGs), kolaborasi dan upaya bersama untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan menjadi semakin mendesak kita melibatkan diri dalam perubahan perilaku sehari-hari terkait pengelolaan sampah.

Pentingnya kampanye dan aksi bersama dalam meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab terhadap pengelolaan sampah tidak bisa diabaikan. Semakin intensifnya upaya membangun pemahaman kolektif tentang pentingnya mengelola sampah maka dapat menjadi kunci keberhasilan dalam meraih tujuan pembangunan berkelanjutan.

Melalui aksi bersama dan perubahan perilaku ini, kita dapat memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan visi keberkelanjutan. 

Isu ini juga akan berdampak luas dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat. Coba kita hubungkan pula dengan Topik Pilihan yang kini sedang diangkat di Kompasiana mengenai optimalisasi ekonomi kelautan.

Bagaimana Indonesia yang semestinya bisa menjadi negara yang mengoptimalkan potensi blue economy atau ekonomi laut secara optimal ini juga perlu dukungan masyarakat pesisir untuk mengelola sampah dan mewujudkan kawasan laut yang lestari.

Bila isu sampah ini mau diperhatikan secara serius maka banyak potensi yang bisa diraih seperti sektor pariwisata, ekonomi budidaya tambak, energi terbarukan, transportasi, logistik, konservasi mangrove, dan masih banyak lagi potensi lainnya yang bisa diraih. Begitu pun dengan tingkat kemiskinan di wilayah pesisir dapat ditekan.

Oleh sebab itu, maka kesadaran ini juga harus ditanamkan sejak dini di lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan. Pendidikan tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. 

Melalui pembentukan kesadaran ini, harapannya generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang memiliki pemahaman tentang pengelolaan sampah serta dampak lingkungan dari perilaku mereka.

Lingkungan sekolah menjadi tempat strategis untuk membentuk kesadaran dan kepedulian terhadap pengelolaan sampah. Program-program edukasi dan sosialisasi praktik-praktik ramah lingkungan di sekolah dapat menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan dapat berperan aktif dalam mendukung SDGs.

Dengan membentuk kesadaran dan kepedulian terhadap pengelolaan sampah sejak dini, kita tidak hanya merawat lingkungan untuk generasi sekarang, tetapi juga akan menjadi warisan berharga bagi generasi yang akan datang. 

Para siswa sedang berkegiatan di kawasan Bank Sampah milik sekolah. (foto Akbar Pitopang)
Para siswa sedang berkegiatan di kawasan Bank Sampah milik sekolah. (foto Akbar Pitopang)

Pendidikan berkualitas di sekolah tidak hanya mencakup pengembangan intelektual, tetapi juga penanaman nilai-nilai kesadaran dan kepedulian lingkungan kepada generasi penerus. 

Sekolah menjadi tempat dimana nilai-nilai ini ditanamkan serta membangun landasan bagi keberlanjutan kehidupan dan lingkungan. 

Salah satu upaya konkret yang dilakukan sekolah dalam membangun kesadaran ini sejak dini adalah melalui implementasi program Bank Sampah.

Meskipun ini merupakan langkah yang sangat bijak dan berdampak, namun dalam pelaksanaan program ini di tingkat pendidikan dasar seperti SD, bukanlah perjalanan yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan. 

Sebagai Ketua pada program Bank Sampah di sekolah, saya merasa perlu berbagi cerita, pengalaman, dan opini mengenai perjalanan berharga penuh makna dalam membangun fondasi kesadaran siswa yang peduli terhadap sampah.

Melalui serangkaian artikel bersambung, kita akan membahas berbagai aspek yang terlibat dalam pelaksanaan program Bank Sampah di Sekolah Dasar. 

Mulai dari tantangan yang dihadapi, upaya untuk memotivasi siswa dan guru, hingga dampak positif yang dapat dicapai. Setiap cerita dan pengalaman diharapkan akan menjadi inspirasi bagi sekolah lain yang ingin mengadopsi program serupa.

Insya Allah, setiap langkah kecil di sekolah dapat menjadi kontribusi besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan menciptakan generasi yang peduli terhadap masa depan berkelanjutan di bumi kita ini. 

Dalam artikel-artikel selanjutnya, kita akan merinci bagaimana program Bank Sampah di SD dapat menjadi tonggak berharga dalam mengubah pola pikir siswa dan mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini.

Bersambung......

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun