Dunia hari ini tengah terpaku pada konflik yang tak kunjung usai antara Palestina dan Israel. Meskipun berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, kedua belah pihak belum menemukan titik temu yang membawa kedamaian.Â
Namun, di tengah sorotan itu tampaknya pemahaman masyarakat dan netizen tentang konflik ini masih kabur akibat minimnya literasi sejarah.
Konflik ini lebih dari sekadar retorika dan perdebatan, karena ini tentang hidup dan kemanusiaan. Saat ini, Palestina berada dalam kondisi terjajah, terjebak dalam siklus kekerasan yang mengakibatkan penderitaan, pembunuhan, dan ketidakadilan yang menyasar warga sipil, terutama anak-anak dan perempuan.Â
Bahkan, istilah genosida terdengar semakin menguat berdasarkan fenomena dan fakta pada kekejaman yang terjadi.
Sebagai makhluk yang sempurna diciptakan oleh Allah SWT Â dari segi akal dan perasaan yang seharusnya dipenuhi dengan rasa empati dan kepedulian terhadap kemanusiaan, penting bagi kita untuk memahami bahwa Palestina hari ini menjadi korban dari serentetan kebiadaban yang dilakukan oleh Israel dan sekutunya.Â
Ini bukan lagi soal politik atau agama, melainkan soal rasa kemanusiaan. Mengutuk kekejaman israel adalah sebuah panggilan kemanusiaan.
Terkadang, tidaklah cukup hanya berdebat tanpa tindakan nyata. Solidaritas kemanusiaan perlu dikedepankan, diperlihatkan melalui upaya konkret untuk memberikan dukungan bagi Palestina dan bagi seluruh dunia yang membutuhkan.Â
Dalam hal ini, literasi kemanusiaan menjadi kunci. Memahami sejarah, akar masalah, dan dampaknya pada kemanusiaan merupakan langkah penting dalam membentuk kesadaran dan kepekaan sosial kolektif.
Mari kita bersatu, tidak hanya sebagai kelompok masyarakat, tetapi sebagai warga dunia, untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian.Â
Solidaritas bukan hanya sebuah kata, tetapi aksi nyata yang perlu kita wujudkan demi masa depan yang lebih baik bagi seluruh umat manusia.