Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PPPK, "Harapan Terakhir" Guru Honorer Memperjuangkan Nasib

15 September 2023   08:10 Diperbarui: 26 September 2023   01:54 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontribusi guru honorer dalam realita pendidikan negeri ini perlu diangkat menjadi PPPK. (KOMPAS/YOLA SASTRA)

Dalam belantara dunia pendidikan, para guru honorer berjuang gigih dan tanpa kenal lelah untuk mencerdaskan generasi penerus. Sepertinya mereka memang pantas menyandang gelar pahlawan tanpa tanda jasa yang memegang peran krusial dalam proses pembelajaran. 

Ironisnya, hubungan dengan pemerintah sering kali diwarnai dengan perasaan "hate and love relationship", di mana para guru honorer mencintai profesinya, tetapi juga merasa tak dihargai karena kurangnya kepedulian pemerintah yang seakan-akan acuh tak acuh terhadap nasib mereka.

Para guru honorer membawa cinta yang membara dalam setiap langkahnya. guru honorer yang bertahan masih mempercayai pentingnya peran pendidikan dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. 

Cinta inilah yang mendorong mereka untuk memberikan yang terbaik dalam setiap pembelajaran, meskipun menghadapi tantangan dan keterbatasan. 

Sebagai pahlawan jalur pendidikan, mereka berharap pemerintah juga menyumbangkan cinta dan perhatian untuk menyejahterakan kehidupan mereka. Bisa merasa cukup walau dalam kesederhanaan, itu saja.

Namun, terlepas dari perjuangan mereka, para guru honorer sering kali merasa "hate" atau kebencian karena kurangnya kepedulian dari pemerintah. 

Indonesia mungkin belum kekurangan guru dalam jumlah kasat mata, tetapi kenyataannya banyak guru honorer yang hidup dalam kondisi sulit. 

Upah yang rendah, kesejahteraan yang minim, dan ketidakpastian status pekerjaan menjadi bagian dari kisah pahit yang mereka alami. 

Guru honorer merindukan dukungan dan perhatian dari pemerintah untuk memberi apresiasi setinggi-tingginya atas dedikasi mereka dalam mencerdaskan bangsa.

Para guru honorer ingin dilihat dan diakui sebagai insan pendidik yang berharga, bukan sekadar angka di papan tulis statistik pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun