Menikah, lalu punya anak. Maka rasanya hidup ini benar-benar terasa sempurna. Benarkah seperti itu?
Tujuan kita menikah tentu ingin memiliki buah hati bukti cinta kasih sepasang suami dan istri. Ketika dikaruniai anak maka akan semakin menggenapkan kebahagiaan pasangan suami-istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga bagaikan memperoleh sebuah kebahagian yang hakiki.
Namun, ketika kita mendambakan memiliki anak, kesempatan untuk memilikinya tentu sepenuhnya hak prerogatif Allah SWT untuk menentukan pasangan suami-istri yang akan dilimpahi amanah yang sangat mulia tersebut.
Pasangan suami-istri hanya perlu ikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT agar dititipkan calon keturunannya ke dalam rahim sang istri.
Ada banyak pasangan suami-istri yang langsung dikaruniai anak. Namun, tak sedikit pula pasangan yang masih menunggu “antrean” bahkan sudah memasuki masa penantian yang amat panjang hingga puluhan tahun lamanya.
Untuk itulah banyak pasangan yang tidak mau menunda-nunda memiliki anak pertamanya. setidaknya, setelah menikah hendaknya dapat dikaruniai anak. baru setelah itu merencanakan masa jeda memiliki anak kedua dan seterusnya.
Bila ternyata pasangan suami-istri belum juga dikaruniai anak maka jalan kebaikan yang bisa ditempuh adalah menjalani program kehamilan (promil).
Sesuai namanya, program ini bertujuan untuk membantu pasangan suami-istri mencapai status kehamilan.
Dalam program hamil terdapat berbagai macam tahap yang bisa dijalani, mulai dari berkonsultasi ke dokter serta mencoba program yang disarankan oleh dokter, pemeriksaan kesehatan, pengaturan pola hidup sehat, hingga pengobatan atau tindakan medis apabila diperlukan.
Alhamdulillah, saya sendiri sudah dikarunia anak yang saat ini baru berusia 3 tahunan. Saya dan pasangan sempat agak merasa was-was karena istri baru memperoleh hasil test pack dan dinyatakan positif hamil setelah kami menunggu selama tujuh bulan.
Dalam proses penantian tersebut, kami memang tidak memeriksakan kondisi ke dokter lantaran berbekal literasi cara-cara yang bisa dilakukan dalam menjalankan program kehamilan.
Berdasarkan pengalaman, upaya yang kami lakukan berupa mengupayakan mengkonsumsi makanan sehat yang bisa meningkatkan kesuburan, menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan beristirahat yang cukup, serta memaksimalkan kesempatan waktu terbaik ketika sang istri berada dalam masa subur.
Sementara itu, seperti yang saya utarakan di atas tadi bahwa banyak diantara pasangan suami-istri yang hingga kini masih menunggu untuk dapat menerima titipan amanah memperoleh anak.
Jujur dan terus terang saja, bahwa diantaranya ada 5 (lima) orang teman saya yang masih belum dikaruniai momongan yang bila dihitung masa penantiannya sudah memasuki tahun kelima.
Sebuah penantian panjangan yang dijalani dengan tetap berikhtiar, berdoa, serta dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati yang mengharap ridho Allah SWT supaya lekas menerima amanah yang satu itu.
Beberapa diantara teman yang dimaksud telah membagikan cerita perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan agar istrinya dapat segera memperoleh kehamilan.
Berbagai cara yang sudah dilakukan diantaranya dengan menerapkan langkah promil yang direkomendasikan oleh dokter maupun dengan secara tradisional/herbal.
Saya dapat merasakan ketabahan hati dari teman-teman saya tersebut bahwa keinginan terbesar saat ini adalah diberi momongan.
Hanya itu yang mereka harapkan dengan selalu menyampaikan untaian harapan dan doa-doa yang penuh ketulusan kepada Allah SWT.
Ilmu parenting: Persiapan Penting Sebelum Dikaruniai Anak
Sambil menunggu keajaiban itu datang, para pasangan suami-istri sangat dianjurkan untuk meningkatkan kesiapan diri secara terarah melalui pemahaman dan atau penguasaan diri terhadap ilmu parenting.
Mengutip prenagen.com, ilmu parenting merupakan ilmu tentang mengasuh, membimbing, serta mendidik anak dengan cara baik dan benar.
Ilmu parenting biasanya diajarkan dalam bentuk seminar, workshop, talkshow, dan kegiatan yang lain berupa membaca buku-buku parenting, serta banyak berkonsultasi kepada para expert tentang pengasuhan anak. Dengan tujuan supaya dapat memahami prinsip-prinsip parenting.
Bila berkaca pada aspek fungsi dan tujuannya maka ilmu parenting atau ilmu mendidik anak memang sangat diperlukan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Proses belajar ilmu parenting saat ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Termasuk halnya bila proses mempersiapkan kemampuan calon orangtua memahami tentang seni mendidik anak dilakukan dalam “masa tunggu” ini.
Dengan ilmu parenting yang telah disiapkan oleh calon orangtua maka pola asuh terhadap anak tidak hanya meliputi pemenuhan kebutuhan fisik yaitu makanan dan minuman, melainkan juga memenuhi kebutuhan psikologis yakni kasih sayang, rasa aman, dan segala bentuk pengelolaan mental dan karakter sang anak.
Tinjauan Korelasi Ilmu Parenting dengan Regulasi Emosi
Selanjutnya manfaat yang diperoleh dari pendidikan parenting yaitu akan menambah wawasan dan pengetahuan (calon) orangtua dalam hal pengasuhan anak sesuai dengan faktor usia, karakter dan perkembangan anaknya nanti.
Tatkala para (calon) orangtua mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait berbagai hal dalam proses parenting termasuk dalam hal regulasi emosi.
Hal ini adalah sangat penting untuk diperhatikan oleh semua orang dewasa yang sudah waktunya berkeluarga dan sedang menanti masa pengasuhan anak.
Proses kedewasaan diri yang dialami oleh setiap calon orangtua dapat membentuk level kesabaran ketika nantinya benar-benar akan mengasuh anak.
Karena faktanya bahwa tak sedikit orangtua yang tak mampu mengelola emosinya pada saat proses pengasuhan sehingga membuat anak menjadi korban pelampiasan emosi.
Regulasi emosi setiap orangtua memang tidak sepenuhnya berdasar faktor usia melainkan dari keberhasilannya mendewasakan diri.
Regulasi emosi diperlukan orangtua sehingga mereka paham bagaimana cara mengelola emosi di situasi sulit serta bagaimana cara melampiaskan emosinya bila diperlukan dengan cara yang baik yang tidak merusak mental dan perkembangan otak anak.
Bersabarlah calon orangtua sampai akhirnya dikaruniai anak
Pasangan suami-istri disuruh bersabar hingga nantinya bisa dikarunia anak pasti ada tujuannya yang mana hanya Allah SWT yang tahu.
Tapi kita hanya mampu menerka bahwa tujuannya bila calon orangtua ini terus belajar pengelolaan regulasi emosi dan konfirmasi kesabaran yang dilakukan dapat menghindarkan terjadinya toxic parenting di kemudian hari.
Apa itu toxic parenting?
Sesuai dengan namanya, toxic parenting adalah orangtua yang berperilaku toxic dalam hal pengasuhan. Perilaku toxic di sini diartikan sebagai sikap yang sering dilakukan oleh orangtua, tapi tanpa disadari dapat merugikan anak bahkan dirinya sendiri.
Anak adalah anugerah terindah dari Allah SWT. penganugerahan anak merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab karena memang di akhirat kelak pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.
Saya mendoakan bagi pasangan suami-istri yang tengah berikhtiar untuk memperoleh anak, semoga Allah SWT memudahkan usaha yang dilakukan seperti promil ini hingga akhirnya nanti sang istri terkonfirmasi positif hamil.
Sambil promil tetaplah berusaha menjadi calon orangtua yang baik nantinya. Sebelum benar-benar menjadi orangtua anak, jadilah orangtua untuk pasangan dan diri sendiri terlebih dahulu.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H