Mindset kerelawanan dan mekanisme prosedur pendistribusian bantuan
Sebagaimana pengalaman kami ketika menjadi korps sukarelawan PMI Jogja yang sempat menangani musibah erupsi Gunung Merapi yang dampaknya sungguh luar biasa ketika seluruh wilayah dalam radiusnya tertutup oleh abu vulkanik.
Walau saya sendiri kala itu tidak diterjunkan langsung menangani korban di lapangan --- karena masih dalam proses pembekalan dan diklat --- namun kami sebagai sesama relawan saling berjibaku untuk memberikan pelayanan kerelawanan serta mendukung semua anggota komunitas antara satu sama lain.
Semua yang dibutuhkan dan menjadi keluhan para korban terdampak yang mengalami situasi krisis lantaran bencana alam, harus mampu dipetakan dan dikelola dengan baik oleh para relawan terhadap apa saja sebenarnya yang dibutuhkan oleh warga terdampak supaya bantuan tepat sasaran.
Ketika menjadi relawan, ada mekanisme pendistribusian bantuan yang dipedomani yang telah menjadi bekal kesiapan masing-masing anggota relawan yang bertugas.
Beberapa tugas penting yang diemban relawan adalah mengelola penampungan sementara, dapur umum dan pengantaran logistik bagi para korban dan warga terdampak bencana.
Jika kita membayangkan seperti apa tugas-tugas yang dilakukan para relawan, mungkin kita sebagai masyarakat sipil yang tidak memiliki bekal kompetensi sebagai seorang relawan jelas tidak akan sanggup melakukan fungsi sebagai relawan.
Namun, ada hal penting yang perlu kita hargai dan apresiasi adalah motivasi para relawan yang berpijak pada semangat yang mempertemukan rasa belas kasih dan solidaritas.
Meskipun berstatus sebagai sebagai relawan, namun mereka siap mempertaruhkan segalanya demi kemanusiaan bahkan nyawa dan keselamatan dirinya juga berada dalam ancaman dan sedang dipertaruhkan.
Membangun semangat kerelawanan dan dimensi gotong royong bagi peserta didik
Sebagaimana yang disinggung diatas, bahwa mindset kerelawanan perlu ditanamkan ke dalam diri semua warga negara.