Kompasiana adalah rumah bagi bloger (baca: Kompasianer) untuk berproses. sebuah proses belajar tanpa henti dan tak ada kata lelah untuk sebuah pembelajaran.
Ada semangat berbagi lewat konten artikel yang penuh esensi, opini bermakna.
Sedangkan Kompasianival adalah wadah apresiasi dan penghargaan bagi Kompasianer karena sudah konsisten membagikan konten bermanfaat yang membawa semangat kebaikan dan perubahan, walau dalam bentuk atau berefek sekecil apapun itu.
Walaupun mungkin hampir seluruh Kompasianer tidak sanggup membayangkan menjadi kandidat atau nomine untuk Kompasiana Award, jika sempat diberi kesempatan untuk menjadi salah satu kandidatnya tentu hal tersebut rasanya sungguh sangat luar biasa.Â
Saya sendiri mengenal Kompasiana ketika dulu semasa kuliah di Jogja. Kala itu, Kompasiana telah menjadi tempat persinggahan sekaligus tempat untuk mengadu, berproses dan jalan untuk mencari jati diri.
Ya, dulu kalimat "mencari jati diri" tersemat di bagian profil akun Kompasiana yang erpajang hingga bertahun-tahun dalam masa menjadi seorang "mantan" siswa.
Kompasiana menemani saya untuk terus berproses. Kompasiana sangat setia dan selalu menerima kehadiran saya ketika datang sesuka hati.
Dulu, ketika masih di Jogja, saya belum begitu exited untuk mengikuti rangkaian acara Kompasianival. Sehingga akhirnya saya tidak menyempatkan untuk hadir padahal jarak antara Jogja ke Jakarta tentu cukup mudah dijangkau melalui moda transportasi yang ramah kantong mahasiswa yakni kereta api.
Selain tentunya kala itu diri ini memang merasa kurang pantas hadir di acara yang dipadati oleh orang-orang hebat dan para penulis handal.
Padahal Kompasianival itu keren banget. Rangkaian acaranya sangat seru dan menyenangkan sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan.